Ilustrasi pendekar Wiro Sableng/@wirosablengofficial.
RAGAM NUSANTARA - Pendekar Wiro Sableng dikenal memiliki sejumlah jurus andalan untuk mengalahkan musuh.
Pendekar Wiro Sableng yang biasa dijuluki Pendekar Wiro Sableng memiliki jurus maut yang diwariskan sang guru, Sinto Gendeng.
Pendekar Wiro Sableng alias pendekar 212 memiliki jurus pukulan matahari yang diwariskan langsung kepada Wiro oleh sang guru, Sinto Gendeng.
Seperti namanya jurus pukulan matahari jika dikeluarkan oleh pendekar Wiro Sableng akan mengeluarkan sinar putih yang menyilaukan dan sangat panas.
Dalam ceritanya pukulan matahari mampu memisahkan ruh dari jasad seseorang yang terkena jurus maha dahsyat tersebut.
Orang China ternyata memiliki "jurus pukulan matahari" yang sinarnya menyilaukan dan panasnya memancar lebih tinggi dari matahari sungguhan.
Bukan pendekar Shaolin atau IP Man yang memiliki "jurus maut" ini tapi para cendekiawan China yang berkerja di Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST).
Pada ujicobanya baru-baru ini "matahari buatan" China menyala selama 20 menit pada suhu mencapai 70 juta derajat Celcius.
Dikutip dari Tribunnews yang melansir South China Morning Press proyek matahari buatan tersebut dimulai sejak 2006 lalu, dan telah menghabiskan biaya 701 juta poundsterling atau setara Rp13,5 triliun.
Proyek matahari buatan tersebut telah menciptakan rekor dengan panas setinggi 70 juta derajat celsius selama 1.056 detik, atau 17 menit, 36 detik.
Padahal matahari yang asli sendiri hanya memiliki panas sekitar 15 juta derajat pada intinya.
Direktur Institut Fisika Plasma, Song Yuntao menegaskan eksperimen ini sekali lagi menantang rekor dunia.
“Kami telah memvalidasi teknologi secara komprehensif, mendorongnya menjadi langkah maju yang besar dari penelitian dasar hingga aplikasi Teknik,” tuturnya.
Song Yuntao pun berharap eksperimen ini bisa menghasilkan tenaga listrik pada tahun 2040.
“Lima tahun dari sekarang, kami akan mulai membangun reaktor fusi, yang akan membutuhkan pembangunan lagi selama 10 tahun,” ujarnya.
Kendati demikian, proyek ambisius Negeri Panda tersebut menghadapi dua ketidakpastian. Pertama, para ilmuwan tidak mengetahui berapa lama bisa menjaga reaktor itu tetap menyala.
Ketidakpastian lainnya terkait panas dari 'matahari buatan' tersebut. Pabrik fusi komersial harus beroperasi minimal 10 kali dari suhu inti matahari.
Selain China, proyek eksperimen reaktor fusi nuklir terbesar di dunia, yakni proyek ITER, sebelumnya adalah International Thermonuclear Experimental Reactor di Perancis selatan, mengalami penundaan yang parah.***