Poster film horor Makmum/@rizapahlevittm
RAGAM NUSANTARA - Film horor Makmum sukses tayang di bioskop Tanah Air yang konon mencapai 385 ribu penonton hanya dalam seminggu.
Kesuksesan film Makmum juga berhasil mengundang penonton di Malaysia dan Brunei, selama 4 hari penayangan membukukan laba kotor 1,8 juta ringgit Malaysia.
Bahkan film Makmum menyabet meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai film Indonesia dengan penonton terbanyak di Malaysia.
Dua sosok di balik film pendek "Makmum" (2017) dan penulis adaptasi film panjang berjudul sama, "Makmum" (2019) dan "Makmum 2" (2021), Riza Pahlevi dan Vidya Talisa Ariestya berbagi tips untuk membuat film independen (indie).
Riza Pahlevi mengatakan cerita yang kuat dan keberanian dalam berkarya merupakan langkah awal dan penting dalam memulai membuat film indie.
Bagi Riza, dasar dari film adalah bagaimana dapat menjadi media penyampaian cerita dan pesan yang lebih luas.
"Film itu basic-nya adalah medium penyampaian cerita dari pembuatnya ke penonton. Ruh dari film adalah cerita. Fokus ke sana, buat cerita yang bagus dengan memperbanyak referensi tontonan," kata Riza dikutip dari Antara.
Riza mengatakan bahwa jangan takut bikin film dengan alat apa pun yang dipunyai karena filmmaking merupakan proses belajar, learning by doing.
"Kita akan tahu ketika kita semakin sering terlibat. Jangan terpaku dengan budget dan alat, agaknya penting buat diingat," ujarnya menambahkan.
Sementara, Vidya Talisa Ariestya bercerita ketka dia dan kawan-kawannya di bangku kuliah mulai membuat film pendek Makmum pada tahun 2015.
Keterbatasan yang mereka alami kala itu rasanya tidak menjadi tantangan berarti bila dibandingkan dengan semangat yang dimiliki.
Akhirnya, proses itu berbuah manis untuk tampil di festival film, memenangkan penghargaan, hingga kemudian diadaptasi menjadi format film panjang dan memiliki sekuel.
"Kita tidak pernah tahu keisengan ini akhirnya akan sejauh ini. Perjalanannya panjang," kenang Vidya.
Untuk para pembuat film muda, Vidya mengatakan penting bagi mereka untuk cerdas dalam memanfaatkan kesempatan yang ada untuk terus belajar dan terlibat dalam pembuatan film.
"Aku berkaca dari pengalamanku. Aku sendiri tidak menyangka, keisengan itu bakal berjalan sejauh ini. Punya teman-teman dan tim yang solid itu juga penting. Tim memang tidak selalu sejalan, pasti ada debat dan itu wajar," kata Vidya.
Vidya menyarakan pada pembuat film muda untuk memanfaatkan peluang bukan membangun mindset membuat film harus menghasilkan uang.
Menurutnya monetisasi adalah proses yang jika sudah dilakukan dan memanfaatkan kesempatan dengan baik uang itu datang sendiri.
"Jadi, mulai dulu, dan dari kesempatan yang satu akan muncul peluang-peluang lain," pungkas wanita lulusan Sekolah Tinggi Multimedia Yogyakarta tersebut.**