Ilustrasi berita hoax/pixabay.
RAGAM NUSANTARA - Virus Covid-19 saat ini mulai bermutasi dalam berbagai varian yang semakin ganas.
Bahkan beberapa varian hasil mutasi virus Covid-19 menurut hasil penelitian makin mudah menyebar.
Banyak informasi yang beredar terutama di dunia maya atau media sosial yang mengangkat virus Covid-19 beserta cara pencegahannya.
Namun tak semua informasi itu bisa dipercaya karena beberapa di antaranya berupa berita yang menyesatkan atau hoax.
Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu beredar sebuah informasi di media sosial Twitter terkait Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
CDC konon telah mengakui ketidakmampuan tes PCR untuk membedakan antara virus SARS-CoV-2 dan influenza.
Dilansir dari laman Kominfo, klaim tersebut berawal dari laporan laboratorium yang diunggah oleh Division of Laboratory System CDC pada 21 Juli 2021.
Bahwa pasca 31 Desember 2021, CDC akan menghapus tes PCR dan menggantikannya dengan CDC Influenza SARS-Cov-2 (Flu SC2) Multiplex Assay.
Faktanya, transisi tersebut tidak disebabkan oleh ketidakmampuan tes PCR dalam membedakan virus SARS-CoV-2 dan influenza, melainkan karena metode tes yang baru akan lebih efektif dalam mendeteksi kedua virus tersebut.
Juru bicara resmi CDC, Jasmine Reed, telah memberikan konfirmasi kepada Reuters bahwa permintaan akan tes PCR semakin menurun seiring munculnya tes lain yang lebih canggih.
Maka dari itu, CDC merokemendasikan seluruh dunia untuk mengadopsi CDC Influenza SARS-Cov-2 (Flu SC2) Multiplex Assay yang akan memberikan kemudahan bagi masyarakat dari segi waktu dan sumber daya untuk mendeteksi virus baik SARS-Cov-2 dan influenza.
Kemudian informasi hoax dari beredar gambar hasil tangkapan layar dari sebuah video Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus yang memperingatkan beberapa negara jika memberikan suntikan booster vaksin Covid-19 dapat membunuh anak-anak.
Faktanya, dilansir dari AFP, terdapat kalimat yang dipenggal dan diinterpretasikan secara keliru.
Penggalan video itu diambil dari pernyataan Tedros saat konferensi pers virtual WHO pada 20 Desember 2021.
Berdasarkan hasil tinjauan dari pernyataan Tedros, dia sedang membahas ketidakadilan vaksin global dan tidak sedang mengomentari terkait keamanan Vaksin Covid-19.
Tedros mengatakan "Some countries are using to give boosters to kill children, which is not right".
WHO kemudian mengklarifikasi bahwa Tedros sempat tergagap dalam konferensi pers tersebut dan pernyataannya kemudian disalahartikan secara online.
Saat mengucapkan kata “child”, dia terjebak pada suku kata pertama “chil” dan yang keluar terdengar seperti “cil/kill”. Sehingga seketika itu juga Tedros kemudian melafalkan kembali dengan benar.**