Ilustrasi robot humanoid/pixabay
RAGAM NUSANTARA - Dunia robot kini berkembang sangat pesat bahkan teknologi yang disematkan membuat robot bisa berinteraksi dengan manusia.
Robot kini menyentuh hampir semua aspek pekerjaan yang dilakukan manusia dari perkerjaan di pabrik berskala besar hingga rumah tangga.
Robot kini dibuat semakin mirip dengan manusia yang mampu berkespresi hingga berbicara dengan manusia sesuai dengan lawan bicaranya.
Dikenal dengan istilah humanoid yang diprogram menjadi kecerdasan buatan sehingga bisa menjadi partner curhat manusia.
Berbicara curhat tentunya harus ada lawan bicara yang bisa memberikan saran dan nasihat sesuai dengan masalah yang dihadapi para manusia.
Sebuah studi ilmiah baru-baru ini menunjukkan bahwa manusia lebih tertarik dan mengobrol dengan robot wanita, daripada robot pria.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Washington State University, orang lebih suka berinteraksi dengan kecerdasan buatan yang disajikan sebagai perempuan karena stereotip gender.
Studi ini melibatkan empat robot humanoid, dua robot dinamai Alex yang dirancang sebagai pria dan dua lainnya bernama Sarah yang berperan sebagai wanita
Para kandidat yang berjumlah 170 orang untuk memilih yang mana akan diajak bicara, robot-robot ini memiliki layar interaktif, untuk menggantikan fitur wajah seperti manusia.
Asisten Profesor Manajemen Perhotelan di Carson Business College WSU di Everett, Soobin Seo melakukan survei yang telah diterbitkan dalam International Journal of Hospitality Management. Hasilnya menemukan bahwa orang merasa lebih nyaman saat berbicara dengan Sarah daripada Alex.
"Orang-orang memiliki kecenderungan untuk merasa lebih nyaman dirawat oleh perempuan karena stereotip gender yang ada tentang peran layanan. Stereotipe gender itu tampaknya ditransfer ke interaksi robot, dan itu lebih diperkuat ketika robot lebih mirip manusia," ujar Seo pada Daily Star, dikutip dari voi.id.
Para peneliti juga berencana untuk menyelidiki bagaimana persepsi orang dapat dipengaruhi oleh kepribadian robot AI, tergantung pada apakah mereka ekstrovert atau introvert.
"Kita mungkin mulai melihat lebih banyak robot sebagai pengganti karyawan manusia di hotel dan restoran di masa depan, jadi kita mungkin menemukan bahwa beberapa hubungan psikologis yang kita lihat dalam interaksi manusia ke manusia juga diimplementasikan dalam interaksi robot," tutur Seo.
Untuk pertama kalinya ditemukan bahwa 170 orang itu rata-rata akan lebih tertarik untuk disambut oleh mesin kecerdasan buatan dan seseorang.
Pasalnya semenjak pandemi COVID-19 datang, robot AI memiliki peran besar karena tamu enggan bersentuhan dengan orang ketimbang robot, demi meminimalkan risiko penyebaran penyakit.**