RAGAM NUSANTARA - Hukum puasa saat sedang sakit perlu dipahami bagi setiap umat Islam. Puasa Ramadan merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Ibadah ini wajib dijalankan umat Islam selama bulan Ramadan.

Untuk tetap mendapat keberkahan selama ramadan, tak jarang orang yang sedang sakit tetap menjalankan puasa.

Padahal, jika tidak dipertimbangkan dengan baik, puasa bisa memengaruhi kondisi kesehatan saat sakit.

Maka dari itu, Islam memperbolehkan umatnya untuk membatalkan puasa dalam kondisi tertentu.

Sebagaimana disadur Ragamnusantara.com dari laman Bimbingan Islam, perlu diketahui bersama, terkait dengan puasa maka sakit itu ada 3 macamnya.

Pertama, sakit yang ringan. Seperti pilek ringan, sariawan, maka sakit yang seperti ini tidak menjadikan seseorang boleh untuk berbuka (tidak berpuasa). Wajib baginya untuk tetap berpuasa.

Kedua, sakit yang menyebabkan seseorang kesusahan apabila berpuasa, akan tetapi puasa tersebut tidak membahayakannya.

Maka kondisi yang seperti ini dimakruhkan apabila berpuasa, disunnahkan baginya untuk berbuka.

Ketiga, sakit yang bila seseorang berpuasa akan menyusahkannya dan membahayakannya.

Maka wajib bagi orang tersebut untuk tidak berpuasa.

[Lihat Syarah Mumti’ 3/25]

Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala;

وَلاَتَقْتُلُوا أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”

[Surat An-Nisa, ayat 29)

Apabila seseorang tidak berpuasa karena sakit yang membolehkannya untuk berbuka, maka dia harus mengganti di hari lain sejumlah bilangan hari yang ditinggalkan. Baik berurutan ataupun tidak.

Akan tetapi bila sakitnya seseorang itu menahun, setelah didiagnosa kecil harapan untuk sembuh, atau seseorang itu sudah lanjut usia yang tak mampu lagi berpuasa, maka kewajibannya adalah membayar fidyah untuk tiap hari kepada seorang miskin.

Allah Ta’ala berfirman;

Baca Juga: Adakah Bacaan Dzikir Ketika Tidak Sengaja Memecahkan Barang?

أَيَّامٗا مَّعۡدُودَٰتٖۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٖ فَعِدّة من أيَّامٍ أخر وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدۡيَةٌ طَعَامُ مِسۡكِينٖۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيۡرٗا فَهُوَ خَيۡرٞ لَّهُۥۚ وَأَن تَصُومُواْ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ

“(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

[Surat Al-Baqarah, Ayat 184]

Berkata Ibnu Qudamah rahimahullah;

وَالْمَرَضُ الْمُبِيحُ لِلْفِطْرِ هُوَ الشَّدِيدُ الَّذِي يَزِيدُ بِالصَّوْمِ أَوْ يُخْشَى تَبَاطُؤُ بُرْئِهِ . قِيلَ لأَحْمَدَ : مَتَى يُفْطِرُ الْمَرِيضُ؟ قَالَ : إذَا لَمْ يَسْتَطِعْ.

‘Dan sakit yang membolehkan untuk berbuka (tidak berpuasa) adalah sakit yang berat, yang bertambah parah (kalau berpuasa), atau dikhawatirkan semakin melambat kesembuhannya.

Ditanyakan kepada Imam Ahmad rahimahullah, kapankah orang yang sakit boleh berbuka?’, beliau menjawab, ‘bila tidak mampu’.

[Al Mughni 4/403]

Maka, apabila dengan puasa sakit anda bertambah parah, atau bakal menghambat proses penyembuhan, bahkan anda diharuskan untuk minum obat di pagi, siang atau sore hari, maka anda tidak boleh berpuasa.

Tapi bila sakitnya ringan, tidak membahayakan kesehatan anda, dan anda bisa minum obat di waktu sahur dan berbuka, maka anda tetap harus puasa.***