Ilustrasi Media Sosial. (Foto oleh Tracy Le Blanc dari Pexels)
TERASBANDUNG.COM - Islam sebagai agama yang menuntun umatnya untuk selalu mengutamakan berbuat baik dalam setiap sisi kehidupan memiliki batasan-batasan bagi umatnya dalam menggunakan media sosial secara bijak.
Islam tidak memiliki pandangan antimainstream dengan perkembangan teknologi.
Islam mendukung dengan tetap memperhatikan etika yang mengawal moral dan akhlak pada jalur yang benar.
Baca Juga : Waspada Cuaca Ekstrem di Kota Bandung, Jangan Berteduh di Bawah Pohon!
Berikut adalah beberapa etika yang harus diperhatikan dalam menggunakan jejaring sosial:
1. Jadikan Sebagai Sarana untuk Menebar Kebaikan
Informasi yang tersebar di media sosial sedikit banyak mendeskripsikan kejernihan akhlak penulisnya.
Mereka yang memiliki pandangan menyebarkan manfaat melalui tulisan dan berwawasan luas tidak akan tergesa-gesa dalam mem-posting berita.
Ladang pahala justru akan mengalir apabila setiap hal yang kita beritakan berkhazanah Islam dan menebar faedah.
Layaknya seekor lebah yang hanya akan mencari madu, jika insting kebaikan telah terparti, indra kita tidak akan tertarik untuk menciptakan hal-hal atau tulisan yang akan menimbulkan fitnah.
2. Mengingat Hisab atas Segala Perbuatan
Menyadari sepenuhnya akan adanya hisab atau perhitungan atas tiap detail yang kita perbuat dapat menjadi pengontrol utama dalam mengendalikan perbuatan.
Akan ada hari akhir di ujung kehidupan dunia yang menjadikan manusia sadar akan keterbatasan usia yang dimilikinya.
Timbangan baik dan buruk menjadi titik penentu keberadaan manusia di akhirat: surga atau neraka.
Kesadaran akan hisab ini pun semestinya kita pegang saat menggunakan media sosial karena apa pun yang kita lakukan dengan media sosial juga akan menjadi catatan amal yang dipertanggungjwabkan kelak.
Baca Juga : Tips Aman Puasa di Bulan Ramadan Bagi Penderita Asam Lambung
3. Lakukan Kroscek Sebelum Berpendapat (Tabayun)
Apabila berita yang ditampilkan hanya untuk mencari popularitas dan “like” dari pembaca tanpa mengindahkan kebenaran dan fitnah yang akan ditimbulkan, hal ini bisa menjadi awal kesalahpahaman.
Fenomena "jemari berbicara", yaitu kebiasaan untuk asal share tanpa mencari kebenaran beritanya, kerap kali terjadi. Berita hoaks tersebar karena andil kedua ibu jari kita.
Untuk itulah, mencari kebenaran berita menjadi hal wajib sebelum menyebarkannya.
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang paling baik (benar). Sesungguhnya, setan menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia” (Q.S Al-Israa' Ayat 53)
4. “CCTV” di Kedua Bahu
Merasa selalu diawasi oleh malaikat utusan Allah di bahu kanan dan kiri semestinya menjadikan tubuh dan akal berpikir sebelum melakukan tindakan.
Pengawasan 24 jam semasa detak jantung masih berdebar bukankah cukup untuk menjadi pengendali di setiap perbuatan? Begitu pula dengan aktivitas di jejaring sosial.
Like, komen, atau share kita akan disaksikan dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Baca Juga : Pemkot Bandung Buka Lowongan untuk 838 Formasi ASN Tahun 2024
5. Ruang Keikhlasan Tanpa Mengumbar Riya
Misi atau niat hanya terjadi satu arah, yaitu kejujuran hati kepada Sang Pemilik Kehidupan. Kita tidak bisa melihat, apalagi memberikan penilaian terhadap niat seseorang.
Tetapkan misi untuk memanen kelimpahan pahala-Nya tanpa beharap pujian yang melambungkan popularitas.
Hal ini akan menjadi hal yang mendasari kita untuk terus melakukan segala hal yang positif.
Dengan tetap memperhatikan kelima etika dalam menggunakan media sosial ini, diharapkan persaudaraan akan terjadi walaupun hanya di dunia maya.
Tali silaturahmi tetap terjalin dan manfaat perkembangan teknologi sebagai sarana mengkaji ilmu pun dapat terwujud. Mari jaga etika sebagai predikat muslim terpuji dalam bermedia sosial.**