TERASBANDUNG.COM - Menjelang 100 hari kerja duet Wali Kota Bandung Muhammad Farhan dan Wakil Wali Kota Erwin, sejumlah capaian telah diraih.

Mulai dari pengelolaan sampah, pembangunan kolam retensi, peningkatan bidang pendidikan hingga pemberantasan minuman keras.

“Kalau bicara 100 hari, ya kami sudah banyak yang kami lakukan,” ujar Erwin seperti disadur melalui siaran pers Humas Kota Bandung.

Baca Juga : Wakil Wali Kota Bandung Dukung Putusan MK Soal Sekolah SD dan SMP Swasta Harus Gratis

Ia menyebut telah mengaktifkan 126 RW dalam program pengganti Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kewilayahan (PIPPK) serta menyelesaikan sebagian besar dari 136 titik kumpul (tikum) sampah di Kota Bandung.

“Sudah banyak tikum-tikum yang kami selesaikan. Kalau masih ada, masyarakat bisa lapor, kami langsung bereskan,” katanya.

Selain itu, tujuh mesin insinerator sudah aktif di Tempat Pengolahan Terpadu (TPT). Erwin juga menyampaikan, meskipun masih membuang 144 rit sampah ke TPA, sekitar 400 ton lainnya sudah diolah melalui Kawasan Bebas Sampah dan insinerator.

"Ada yang lewat pemusnahan, ada juga yang lewat pengolahan mandiri oleh masyarakat," katanya.

Di sektor lingkungan, penanganan banjir menjadi prioritas. Saat ini Pemkot Bandung sudah membangun lima seke air dan 15 kolam retensi. Targetnya 30 kolam retensi selesai pada 2026.

Baca Juga : Kekerasan Rentenir di Cibiru, Wakil Wali Kota Bandung Turun Tangan Bantu Korban

Pemkot Bandung juga mulai mengambil alih fasilitas umum dan sosial di kawasan perumahan untuk ditanami dan dijadikan ruang terbuka hijau.

"Kalau pengembang tidak memberikan, kita ambil alih semua supaya kita bisa langsung garap. Karena target 30 persen ruang terbuka hijau masih belum tercapai," tambahnya.

Selain aspek fisik, Pemkot Bandung juga memberi perhatian pada pembinaan karakter masyarakat. Program pemberantasan minuman keras menjadi bagian dari kampanye moral dan ketertiban.

“Kami turun langsung. Sebelumnya belum ada, insya Allah sekarang kami lakukan,” ujar Erwin.

Upaya pelestarian lingkungan juga dilakukan dengan mengelola sumber mata air, atau seke.

“Kalau airnya surut, kita tahu berarti ada penebangan liar. Maka dijaga. Di Ciporeat, Ujungberung, kami resmikan tempat mata air sekaligus jadi lokasi healing masyarakat,” jelasnya.

Erwin pun mengajak kalangan akademisi, khususnya mahasiswa, ikut berperan aktif dalam pembangunan sosial Kota Bandung.

“Mahasiswa harus ikut dalam demokrasi sosial. Bantu UMKM, bantu masyarakat,” ajaknya.

Ia memastikan, kerja-kerja pembangunan tidak berhenti di 100 hari.

“Seratus hari ini bukan akhir, kami terus bekerja dan bergerak untuk kemajuan Kota Bandung,” ungkap Erwin.***