Logo Liga 1. (Net)
TERASBANDUNG.COM - Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan belum bisa memberikan jawaban pasti terkait lanjutan kompetisi Liga 1 yang saat ini dihentikan akibat Tragedi Kanjuruhan.
Pria yang akrab disapa Iwan Bule ini mengakui ingin segera menggelar kompetisi tapi keputusan ada di tangan pemerintah setelah pihaknya mengumumkan rencana Kongres Luar Biasa (KLB).
PSSI mengonfirmasi rencana KLB untuk mengakomodir keinginan dari Komite Eksekutif (Exco). Itu juga sudah sesuai dengan rekomendasi dari Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TIGPF) Tragedi Kanjuruhan.
TGIPF meminta petinggi PSSI mundur dan segera menggelar KLB. Mochamad Iriawan menyebut, saat ini pihaknya menyerahkan nasib Liga 1 kepada pemerintah apakah sudah bisa melanjutkan sebelum KLB atau menunggu hasil KLB.
Baca Juga : 3 Pemain Persib yang Belum Punya Menit Bermain, Salah Satunya Bernilai Hampir 1 M
PSSI telah memaparkan sejumlah tahapan menuju Kongres Luar Biasa alias KLB PSSI yang dijadwalkan bergulir pada 18 Maret 2023.
KLB PSSI akan lebih dulu diawali oleh kongres biasa PSSI pada 7 Januari 2023 dengan tujuan untuk membentuk Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP)
"Kita ingin cepat, tapi gak tahu pemerintah yang akan menjawab. Saya tidak bisa menjawab itu, yang penting rekomendasi yang bisa jalan kalau ada KLB dijalankan, kita tunggu. Kan itu rekomendasi TGIPF," kata Mochamad Iriawan.
Meski begitu PSSI dikatakan Iwan Bule, sudah menyiapkan beberapa skenario andai kompetisi bisa segera bergulir.
Yang pertama soal format kompetisi yang kemungkinan berubah. Saat ini kompetisi Liga 1 menggunakan sistem full kompetisi dengan format home and away.
"Ya betul, karena ini masih ada sisa 97 pertandingan kan masih ada sisa banyak sehingga itu bisa bergulir untuk menyelesaikan sisa kompetisi ini," kata Iwan Bule.
Skenario lainnya yaitu dengan menggunakan sistem bubble seperti saat pelaksanaan kompetisi di tengah pandemi Covid-19. Opsi lainnya, lanjutan kompetisi musim ini bisa saja digelar tanpa penonton dengan gelaran Liga 1 di Jawa Tengah.
Baca Juga : Naskah Khutbah Jumat Terbaru: Belajar dari Peristiwa Penting pada Rabiul Akhir
"Kita belum pastikan karena kita harus menyusun skenario dulu. Yang jelas LIB sudah melakukan itu. Kalo kita jalan apasih polanya atau sistemnya nanti ada kluster atau bubble kalau dulu namanya saat pandemi Covid. Sekarang karena tidak ada Covid kluster namanya. Akan disatukan di Jawa Tengah nanti sentralisasi semua di situ. Venuenya kan banyak di Jawa Tengah bisa pinjam di Jogjakarta dan lain sebagainya. Nah disitu aja bermain sehingga nanti konsepnya apa yang mungkin tanpa penonton dulu," jelas Iwan Bule.
Sementara itu, Menpora Zainudin Amali menegaskan bahwa kelanjutan kompetisi Liga 1 2022 ada di tangan pihak kepolisian.
Dalam hal ini Kemenpora tidak dapat mengambil keputusan soal kelanjutan Liga 1, Liga 2, dan liga 3 karena izin kompetisi menjadi kewenangan Polri.
Namun menurutnya, izin penyelenggaraan kompetisi seharusnya tidak perlu menunggu hingga penyelidikan Tragedi Kanjuruhan selesai. Penanganan hukum dan kelanjutan kompetisi sepak bola menjadi persoalan yang terpisah.
Baca Juga : Festival Bandung Ulin 2022 Pecahkan Rekor Permainan Tradisional
"Yang memberi kewenangan itu dari pemerintah tapi itu Polri, bukan Kemenpora. Pasti akan ada rakor lanjutan kalau Polri sudah bilang boleh, tapi bayangan saya sih belum ada penonton," kata Zainudin Amali.
Bila melihat waktu pelaksanaan KLB, Liga 1 terancam tertunda sangat lama, atau bahkan dihentikan total seperti pada masa pandemi Covid-19, sebagai dampak dari Tragedi Kanjuruhan.
Liga 1 musim ini mandek di pekan ke-11, setelah PSSI menyetop kompetisi usai Tragedi Kanjuruhan dan pemerintah tak lagi memberi izin.
Liga 1 sejatinya sudah memiliki jadwal ideal, yaitu dimulai pada Juli 2022 hingga April 2023.
Sayangnya timeline sempurna tersebut tak bisa dipertahankan lantaran Liga 1 sudah mandek satu bulan, dan akan terus begitu hingga waktu tak ditentukan.
Jika pun Liga 1 akhirnya dimulai lagi pada Januari, klub masih akan melangsungkan 23 atau 24 pertandingan hingga musim berakhir, maka jadwal padat sudah pasti harus dilalui klub-klub peserta.
Jumlah pertandingan yang cukup banyak itu membuat Liga 1 tak mungkin diselesaikan pada April, dan terancam merusak kalender sepak bola Indonesia sekaligus tak sinkron dengan kalender internasional.
Baca Juga : Minimalisir Terjadinya Bencana, Ini Pesan Wali Kota Bandung Untuk Warganya
Sebab, kalender kompetisi untuk 2023 nanti juga padat. Indonesia bakal sibuk untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Selain itu, banyak stadion yang harus menjalani perawatan untuk event itu.
Padahal, stadion-stadion venue Piala Dunia U-20 nanti juga merupakan kandang dari klub-klub Liga 1. Maka sudah pasti, perubahan format kompetisi harus dilakukan, umpama musim 2022-2023 kembali digelar.
Yang paling memungkinkan, Liga 1 digelar dengan format gelembung seperti pada 2021 lalu. Seluruh pertandingan digelar terpusat di satu wilayah, sehingga tak ada kandang-tandang.
Jika masih tidak memungkinkan maka opsi pembubaran Liga 1 2022/2023 menjadi masuk akal untuk dipertimbangkan.***