Ilustrasi. Diabetes. (Pixabay)
TERASBANDUNG.COM - Kasus Diabetes Melitus (DM) di Kota Bandung meningkat pada tahun 2022. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, sebanyak 9 orang di bawah usia 15 tahun tercatat mengidap DM tipe 1 pada tahun 2021. Sedangkan di usia 15-19 tahun, sebanyak 2 orang mengidap DM tipe 1, dan 9 orang DM tipe 2.
Sedangkan pada tahun 2022, kasus DM tipe 1 usia di bawah 15 tahun sebanyak 9 orang dan tipe 2 sebanyak 44 orang. Lalu, pada usia 15-19 tahun sebanyak 24 orang mengidap DM tipe 1, dan 57 orang mengidap DM tipe 2.
Menurut Subkoordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinkes Kota Bandung, dr. Intan Annisa, DM merupakan penyakit tidak menular dan biasanya tidak berkorelasi dengan waktu.
“Sampai Januari 2023 akhir, kasus DM baru yang tercatat pada usia di bawah 15 tahun untuk tipe 1 ada satu orang, tipe 2 kasusnya 0. Sedangkan usia 15-19 tahun DM tipe 1 ada 1 orang, dan tipe 2 ada 3 orang,” jelas Intan seperti dilansir melalui siaran pers Humas Kota Bandung, Senin 27 Februari 2023.
Ia mengakui, kebanyakan kasus yang terjadi karena faktor pola hidup, pola makan, aktivitas fisik yang kurang, sehingga peningkatan signifikan terjadi pada DM tipe 2.
Sebab DM merupakan penyakit yang kronis, butuh waktu yang panjang dalam perjalanan perkembangan penyakitnya. Setelah itu baru terlihat gejala-gejalanya.
Intan memaparkan beberapa gejala dari DM yang bisa diperhatikan secara dini. Gejala utamanya yakni sering kencing, mudah lapar, dan cepat haus.
“Bisa juga ada gejala tambahannya yakni berat badan menurun cepat, keputihan, kesemutan, luka sulit sembuh, penglihatan kabur, cepat lelah, cepat mengantuk, atau impoten pada pria,” paparnya.
Jika melihat angka kasus DM dua tahun terakhir, ia berpendapat, pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktornya. Anak-anak lebih sering beraktivitas di rumah dengan gadget, pembelajaran juga lewat daring, tidak banyak aktivitas di luar karena tidak boleh.
“Makan juga tidak sesuai dengan kalori yang seharusnya dikeluarkan saat beraktivitas. Itulah yang menjadi risiko penyebab gulanya meningkat,” jelasnya.
Menurut hasil riset kesehatan dari Kementrian Kesehatan, prevalensi pengidap DM di Kota Bandung mencapai 2,3 persen dari total penduduk usia 15 tahun ke atas. Meski angka tersebut tidak masuk dalam kategori tinggi, tapi dikhawatirkan penyakit komplikasi yang bisa timbul dari DM ini.
“Jadi bayangkan saja, jika dari remaja sudah mengidap DM, maka perjalanan penyakit komplikasinya bisa menyebar sangat luas, bisa ke mata, syaraf, banyak sekali,” ungkapnya.
Ia berharap, peningkatan kasus DM yang terjadi setahun terakhir bisa meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri secara dini ke puskesmas terdekat minimal satu tahun sekali.
“Gratis kok! Ini merupakan program pemerintah. Karena yang kita khawatirkan, diabetes ini termasuk jenis penyakit yang bisa berujung komplikasi, bisa menimbulkan penyakit-penyakit lainnya,” ujarnya.***