RAGAM NUSANTARA - Sungai Kampar memiliki panjang sekitar 413 km dengan hulu di Kabupaten Lima Puluh Kota (Sumatra Barat) dan bermuara di Selat Malaka.
Di sungai inilah fenomena ombak Bono terjadi dan mencapai ketinggian 4 hingga 5 meter, bergerak dari muara di Desa Pulau Muda menuju Desa Teluk Meranti dan Tanjung Mentangor.
Jarak yang ditempuh ombak bono ini adalah sejauh 50-60 kilometer (km) menyisir sepanjang daerah aliran sungai (DAS) dengan kecepatan rata-rata 40 km per jam.
Semakin menjauh dari muara, maka tinggi ombak akan semakin mengecil tak lebih dari 70 sentimeter hingga 1 meter.
Uniknya, ombak besar ini mengalir berlawanan dengan arus sungai dan mencapai mencapai panjang 200 meter hingga 2 kilometer mengikuti lebar sungai.
Dilansir dari portal informasi Indonesia, menurut Guntur Adhi Rahmawan, peneliti lingkungan pesisir dari Balai Penelitian dan Pengembangan Kelautan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), adanya pertemuan tiga arus di mulut muara.
Arus tersebut datang dari Sungai Kampar, Selat Malaka, dan Laut China Selatan sehingga menciptakan tidal bore bernama ombak bono.
Gelombang dari Selat Malaka dan Laut China Selatan akan menerobos ke muara sungai.
Saat melewati celah yang makin menyempit dan dangkal dari DAS Kampar, arus akan semakin cepat dan terjadi benturan besar karena bertemu aliran sungai sehingga terjadi turbulensi dan menghasilkan ombak besar setinggi 4-5 meter mirip gelombang tsunami disertai dentuman keras.
Bono akan terus menerjang sepanjang DAS selama sekitar dua jam dan makin melemah ketika jalur sungainya membelok.
Gelombang bono memiliki kecenderungan destruktif karena menyebabkan erosi di wilayah sempadan Sungai Kampar.
Air yang melimpah ke daratan tak jarang merendam permukiman warga hingga setinggi satu meter hingga menyebabkan perahu nelayan terbalik.
Fenomena bono tidak terjadi setiap hari di Sungai Kampar karena hanya muncul ketika terjadi bulan purnama (full moon) di penanggalan 12-16 hijriyah atau tahun sistem kalender Arab.
Bono dapat disaksikan pada Oktober hingga Desember ketika puncak musim hujan saat debit air Sungai Kampar sedang tinggi. Selain itu ombak bono juga dapat kita saksikan pada Februari hingga Maret.**
Penulis: Teguh Nurtanto | Editor: Teguh Nurtanto