TERASBANDUNG.COM - Polri mengungkapkan data terbaru total korban secara keseluruhan dalam tragedi kerusuhan suporter usai laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada lanjutan Liga 1 2022-2023, di Stadion Kanjuruhan Malang, Sabtu 1 Oktober 2022.
Dari jumlah total para korban 455 orang, sebanyak 125 orang di antaranya meninggal dunia, sementara sisanya adalah korban yang mengalami luka ringan dan berat. Data tersebut merupakan data terbaru hingga Senin 3 Oktober 2022.
Tragedi tersebut memberikan duka mendalam bagi sepak bola dunia, hingga semua bendera asosiasi dan konfederasi anggota FIFA mengibarkan bendera setengah tiang di Markas FIFA yang berada di Swiss.
"Dunia sepak bola sedang terpukul menyusul insiden tragis yang terjadi di Indonesia,” kata Presiden FIFA Gianni Infantino dikutip dari laman resmi FIFA.
Gianni Infantino menyampaikan rasa belasungkawa atas tragedi Kanjuruhan yang memakan korban jiwa, pria, wanita hingga anak kecil tersebut.
"Ini adalah hari yang kelam bagi semua yang terlibat dalam sepak bola dan sebuah tragedi di luar pemahaman. Saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada keluarga dan teman-teman para korban yang kehilangan nyawa setelah insiden tragis ini."
"Bersama FIFA dan komunitas sepak bola global, semua pikiran dan doa kami bersama para korban, mereka yang telah menjadi korban, terluka, bersama rakyat Republik Indonesia, Konfederasi Sepak Bola Asia, Persatuan Sepak Bola Indonesia, dan Liga Sepak Bola Indonesia, pada saat yang sulit ini,” pungkas Gianni Infantino.
Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, yang menewaskan setidaknya 125 orang menjadi tragedi yang menelan korban jiwa terbesar ketiga dalam sejarah kerusuhan di stadion sepak bola.
Tragedi pertama dengan jumlah korban jiwa terbesar, dikutip dari laman footballgroundguide.com, terjadi di Stadion Nasional (Estadio Nacional), Lima, Peru, saat laga Peru vs Argentina pada 1964.
Kejadian yang menewaskan 326 orang tersebut terjadi akibat kerusuhan di dalam stadion dan dihalau polisi yang membuat penonton panik berlari di pintu keluar yang ternyata masih tertutup dan membuat banyak yang terinjak-injak.
Baca Juga : 18 Polisi Operator Senjata Pelontar Diperiksa Tim dari Itsus dan Propam
Tragedi kedua, terjadi Stadion Olahraga Accra, Ghana, yang mempertandingkan laga antara Heart of Oak vs Kotoko pada 2001.
Pertandingan antara dua klub raksasa Ghana itu awalnya berjalan kondusif ketika Kotoko unggul sementara, namun dua gol di akhir laga membalikkan keadaan dan akhirnya memenangkan Heart of Oak.
Fans Kotoko bereaksi buruk dengan melemparkan botol dan kursi ke lapangan yang direspons polisi dengan gas air mata, yang membuat para penggemar Kotoko keluar.
Namun, penonton tidak menyadari jika gerbang tidak terbuka sehingga akhirnya berdesak-desakan dan menyebabkan 126 orang meninggal.
Tragedi ketiga terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu 1 Okrober 2022 malam, usai pertandingan antara tuan rumah Arema FC yang kalah melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3.
Suporter Arema FC yang kecewa dengan kekalahan itu melampiaskan dengan turun ke lapangan mengejar pemain dan ofisial sehingga polisi berupaya menghalau, termasuk menembakkan gas air mata.
Penonton yang panik berlari ke pintu keluar sehingga terjadi penumpukan. Akibatnya fatal, banyak penonton yang terinjak-injak, terhimpit, dan sesak nafas, menyebabkan 125 orang meninggal.
Selain korban meninggal dunia, tercatat ada 13 unit kendaraan yang mengalami kerusakan, 10 di antaranya merupakan kendaraan Polri.
Baca Juga : Kemenkes Diminta Presiden Lakukan Penanganan Korban Tragedi Kanjuruhan dengan Cepat
Tragedi keempat terbesar terjadi di Stadion Hillsborough, Inggris, ketika laga Liverpool vs Nottingham Forest pada 1989 yang terjadi karena penonton berdesak-desakan dan menyebabkan setidaknya 96 orang tewas.
Kelima, tragedi memilukan yang terjadi di Stadion Dasharath, Nepal, saat pertandingan antara Janakpur Cigarette Factory dan Liberation Army of Bangladesh pada 1988.
Pertandingan awalnya berjalan baik, tetapi di tengah laga terjadi badai salju yang menyebabkan para penonton panik karena 75 persen areal stadion masih terbuka.
Polisi kemudian menghalau yang justru mengarah penonton ke pintu keluar yang masih tertutup dan menyebabkan setidaknya 93 orang tewas karena terhimpit dan terinjak-injak.***
Penulis: Tim Teras Bandung | Editor: Dadi Mulyanto