Gedung De Vries Bandung. (commons.wikimedia.org)
TERASBANDUNG.COM - Gedung ini terletak di Jalan Asia Afrika, di seberang Gedung Merdeka dan Museum Konperensi Asia Afrika. Dahulu gedung ini merupakan toko serbaada milik seorang Belanda, yang bernama Andreas de Vries, yang datang ke Bandung pada 1899, dan tercatat sebagai penduduk Eropa ke 1.500 di Kota Bandung.
Pada awal kedatangannya, ia membuka toko kelontong kecil di tepi Jalan Raya Post (Grote Postweg), tepatnya di sebelah utara Alun-Alun (sekarang Gedung BRI).
Ia kemudian menyewa bangunan di sebelah barat Hotel Homann dan memindahkan bisnisnya.Toko De Vries yang merupakan toko serbaada pertama di Kota Bandung kemudian terkenal sampai seantero kota.
Sebelum menjadi Toko De Vries, di lahan ini berdiri rumah Belanda, bergaya arsitektur Indis, dengan beberapa pilar di muka gedung.
Pada 1879, gedung ini digunakan oleh Societeit Concordia, yang merupakan nama perkumpulan Preangerplanter (pengusaha perkebunan di Priangan), dan kaum elite Kota Bandung.
Pada 1895, Societeit Concordia pindah ke gedung di seberang jalan (sekarang Gedung Merdeka), dan gedung lama diubah menjadi Toko De Vries.
Toko serbaada kepunyaan Tuan de Vries ini menyediakan berbagai barang kebutuhan, seperti makanan, kain, sepatu, dan obat-obatan.
Beberapa di antaranya ditulis pada kusen, seperti sigaren (cerutu), kunst boek en apierhandel (toko kesenian, buku, dan kertas).
landbouwbenodigdheden (keperluan pertanian), venduhouders (balai lelang), dranken provisien (minuman beralkohol), porcelein glass (barang pecah belah), meubelen (mebel).
Menurut pendapat lain, de Vries tak hanya merupakan toko serbaada, tetapi sejenis mal pertama di Kota Bandung. Area berjualan di Toko De Vries pernah disewa oleh toko pakaian, toko daging, dan toko mobil.
Sosialita Kota Bandung saat itu banyak yang menjadi langganan Toko De Vries. Keberadaan toko serba ada ini diduga menjadi salah satu pemicu perkembangan Jalan Braga sebagai kawasan atau pusat perbelanjaan.
Gedung De Vries pernah mengalami pemugaran pada 1909 dan 1920. Urusan rancangan gedung diserahkan kepada biro arsitek Edward Cuypers Hulswit.
Di sebelah timur, dibangun sebuah menara yang masih ada hingga saat ini. Memasuki dasawarsa pertama abad ke-20, kejayaan toko serbaada ini mulai surut, setelah bermunculan toko-toko baru yang lebih besar dan lebih lengkap, salah satunya Toko Onderling Belang di Jalan Braga (1913).
Setelah kemerdekaan, bangunan bekas Toko De Vries sempat ditempati oleh Studio Foto Goodland, lalu Restoran Pepping, dan Restoran Padang.
Kemudian pada era 1990-an tidak difungsikan, dan berada dalam keadaan tidak terurus. Pada 2005, gedung ini beralih kepemilikan pada OCBC NISP.
Hingga 2008, Gedung De Vries masih tampak telantar. Baru pada 2010, OCBC NISP mendapat “lampu hijau” dari pemerintah untuk merenovasi tanpa mengubah bentuk asli bangunan cagar budaya tersebut.
Pada 29 April 2011, Gedung De Vries diresmikan sebagai kantor OCBC NISP Tbk. Tak semua ruangan difungsikan sebagai area operasional bank.
Bagian lantai dasar Gedung De Vries dijadikan museum kecil yang berisi barang antik, seperti alat-alat perbankan yang digunakan pada zaman dahulu. Museum ini sedang dipertimbangkan dibuka untuk umum.***
Sumber: Bandung.go.id