Anak-anak bermain di banjir yang kerap melanda Kopo Citarip. (Instagram @infokopo)
TERASBANDUNG.COM - Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung, Didi Ruswandi mengatakan, salah satu upaya tata kelola air hujan yakni dengan meresapkan.
Saat ini, kata dia, Pemkot Bandung telah membuat sumur imbuhan dangkal sebanyak 5000 unit dan sumur imbuhan dalam sebanyak 30 unit dan jumlahnya akan terus bertambah di setiap ruang.
"Ini solusinya mengintensifkan serapan air dengan pembangunan resapan air. Sebenarnya sudah kita kenalkan konsep spons city atau kota serap, apapun tempatnya itu harus menjadi resapan," kata Didi Ruswandi dilansir dari laman rersmi Pemkot Bandung
Maka Didi juga mengimbau masyarakat untuk membuat sumur resapan sederhana di rumah masing-masing. Langkah kecil ini menjadi solusi untuk mencegah banjir.
Baca Juga: Akses Jalan Licin dan Berlumpur, Pengangkutan Sampah ke TPA Sarimukti Terhambat
"Paradigmanya sekarang kita memperbanyak resapan sehingga semakin banyak air diparkir. Ini lebih efektif dan lebih murah dibandingkan dengan normalisasi sungai," ujar Didi.
Untuk membuat sumur resapan ini cukup di lahan ukuran kecil menggunakan bekas kaleng atau drum galonan atau bisa juga menggunakan bata.
"Kalau publik terlibat ini akan mempercepat dan memperbanyak serapan. Lebih cepat juga penanganan banjirnya dan kalau bisa setiap rumah ada resapan," tambah Didi.
Ia mengatakan, saat ini Pemkot Bandung juga sedang melakukan berbagai langkah untuk mengantisipasi banjir di beberapa titik.
Baca Juga: Cuaca Ekstrem, Pemkot Bandung Antisipasi Pohon Tumbang dan Siap Santuni Korban
Di kawasan Pagarsih, Didi mengatakan, pangkal banjir di kawasan tersebut adalah penyempitan sungai.
"Permasalahan banjir di Pagarsih berpangkal pada penyempitan sungai Citepus di hulu sungai yang hanya tinggal 5 meter akibat adanya pengambil alihan badan sungai, badan airnya menjadi bangunan. Untuk arah ke hilir sampai kawasan kabupaten Bandung cukup aman dengan lebar 15 meter," ungkapnya.
Walaupun saat ini telah dibangun kolam retensi sirnaraga dan Bima namun hanya bisa menampung air 8000 meter kubik, dibandingkan dengan volume air yang mencapai 107.000 meter kubik masih ada selisih yang cukup besar.
"Maka pembangunan serapan serapan air di kawasan Pagarsih untuk membantu penyerapan air hujan sangat perlu," pungkas Didi.**