Ilustrasi TPST. (Foto: Humas Kota Bandung)
TERASBANDUNG.COM - Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Batununggal berinovasi mengubah sampah menjadi produk bernilai seperti kompos dan RDF (Refuse-Derived Fuel).
Dengan mesin hibah dari Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim) Provinsi Jawa Barat, TPST ini mampu mengolah hingga 4 ton sampah per hari. Namun, kapasitas maksimalnya bisa mencapai 10 ton per hari jika daya listriknya ditingkatkan.
Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan dan Limbah B3(DLH) Kota Bandung Salman Faruq menyampaikan, proses pengelolaan sampah di TPST Batununggal melibatkan pemisahan sampah organik dan anorganik menggunakan mesin Gibrig.
Sampah organik diolah menjadi kompos di rumah kompos. Sedangkan anorganik dihancurkan menggunakan mesin pencacah. Tidak hanya itu, TPST ini juga mampu mencacah sampah daun dan ranting untuk diolah lebih lanjut.
Selain fasilitas mesin, TPST Batununggal mendapat dukungan dari dua bank sampah yang aktif, yakni Bank Sampah Mulya dan Jelita.
Setiap dua minggu, bank sampah ini mengumpulkan sekitar 200 kilogram sampah anorganik dari masyarakat, seperti botol plastik dan bahan daur ulang lainnya.
“Masyarakat Batununggal cukup antusias memilah sampah. Sampah seperti botol biasanya dikumpulkan ke bank sampah untuk dikelola lebih lanjut,” ujar Salman.
Selain kompos, TPST Batununggal juga memproduksi RDF yang digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Namun, pengelolaan RDF masih menghadapi tantangan, termasuk kebutuhan lahan untuk gudang penyimpanan serta MoU dengan industri, seperti Indocement, untuk distribusi RDF.
Penjabat Wali Kota Bandung, A Koswara berharap kerja sama dengan industri segera terealisasi.
"Targetnya, MoU sudah selesai pada Januari 2025, sehingga pengiriman RDF dari Batununggal bisa dimulai," tegas Koswara dalam keterangan persnya.
Untuk meningkatkan kapasitas pengolahan, TPST Batununggal direncanakan akan mengajukan bantuan panel listrik kepada pemerintah provinsi.
Hal ini diharapkan dapat mendukung pengoperasian mesin secara maksimal, sehingga volume pengolahan sampah bisa meningkat hingga dua kali lipat.
Dengan kemampuan mengelola sampah organik dan anorganik, TPST Batununggal menjadi contoh model pengelolaan sampah terpadu yang efektif dan efisien.
Langkah ini tidak hanya mengurangi beban TPA, tetapi juga memberikan manfaat langsung kepada masyarakat melalui produk kompos dan RDF yang bernilai tinggi.
Melalui kerja sama dan inovasi berkelanjutan, TPST Batununggal siap menjadi pelopor pengelolaan sampah berbasis teknologi dan komunitas di Kota Bandung.***