TERASBANDUNG.COM - Aula The Jayakarta Hotel Bandung dipenuhi semangat berbeda, Sabtu (23/8/2025) siang. Bukan sekadar acara seremonial biasa, tapi sebuah momen yang menandai langkah baru Bandung dalam menyambut kembali denyut sejarah Asia Afrika.

Di hadapan tamu undangan, komunitas, dan seniman lokal, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan resmi meluncurkan rangkaian Asia Africa Festival (AAF) 2025.

Sejak dulu, Bandung memang punya tempat istimewa di hati bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Kota ini menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 yang melahirkan solidaritas antarbangsa.

Kini, tujuh dekade kemudian, semangat itu kembali dihidupkan dalam wajah yang lebih segar dan dekat dengan generasi muda.

Baca Juga : Lewat Bazar Murah, Erwin Sebut UMKM Bandung Terbukti Punya Kualitas

Salah satu yang paling ditunggu adalah Asia Africa Youth Forum (AAYF) pada 5–7 September 2025. Forum ini bukan sekadar ajang diskusi, melainkan ruang bagi anak-anak muda lintas negara untuk bertukar gagasan tentang pariwisata, perdagangan, dan investasi.

Di dalamnya, ada talk show interaktif, simulasi Konferensi Asia Afrika 1955 versi pemuda internasional, hingga puncaknya ditutup dengan karnaval.

“Hari ini kita menyaksikan lahirnya sebuah forum yang bukan hanya tempat ngobrol, tetapi ruang untuk menguji ide-ide anak muda. Bisa jadi, ide-ide inilah yang akan membawa Indonesia menuju Emas 2045,” ujar Farhan.

Baca Juga : Malam Bandung Jadi Gelap, Lampu Jalan Raib Digondol Pencuri

Bandung juga menyiapkan suguhan visual yang memikat lewat Asia Africa Carnival. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pawai budaya dari berbagai negara dan daerah di Indonesia kali ini akan digelar pada malam hari.

Jalan Asia Afrika akan disulap menjadi lautan cahaya, tempat tarian, musik, dan kostum tradisional berpadu dengan sorot lampu festival.

Bagi warga Bandung dan wisatawan, inilah saat terbaik untuk merasakan denyut kosmopolitan kota sambil merayakan keragaman.

Tak berhenti di situ, AAF 2025 juga merambah empat wilayah Bandung dengan konsep After Event yang menonjolkan identitas lokal sekaligus membuka ruang bagi ekspresi kreatif.

Baca Juga : Pemkot Bandung Tertibkan Ribuan Non ASN lewat Skema PPPK Paruh Waktu

Musik jazz (Bandung Utara), underground scene (Bandung Timur), kampung toleransi (Bandung Barat), dan seni budaya lokal (Bandung Selatan).

Seakan-akan seluruh kota bertransformasi menjadi panggung raksasa yang mengundang siapa saja untuk datang, belajar, dan merayakan kebersamaan.

Dalam peluncuran yang meriah itu, penampilan Ulin Barong Badranaya dari Sekaloa memberi warna tersendiri. Gerakan pencak silat yang dipadukan dengan irama musik khas, mirip barongsai, menjadi simbol betapa tradisi bisa terus hidup dalam bentuk baru.

Farhan menegaskan, visi Bandung Utama—Unggul, Terbuka, Amanah, Maju, dan Agamis—hanya bisa diwujudkan melalui program nyata yang melahirkan manusia unggul, terbuka pada keberagaman, berintegritas, dan berorientasi kemajuan.

“AAF adalah cara kita menyulam nilai-nilai itu sambil menyapa dunia,” katanya.***