Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan. (Bandung.go.id)
TERASBANDUNG.COM - Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mengingatkan para pelaku industri pariwisata agar terus berbenah dalam hal pelayanan dan pengalaman wisatawan, jika ingin bersaing di tingkat internasional.
Dalam keterangan resmi Humas Kota Bandung, Farhan menilai sektor pariwisata Bandung telah memiliki modal besar berupa kuliner khas, suasana kota yang asri, dan destinasi unik. Namun, masih ada pekerjaan rumah dalam hal level of service yang belum sepenuhnya berstandar global.
“Produk kita luar biasa, makanan kita paling enak, suasana kota kita asri. Tapi level of service-nya belum cukup internasional,” ujar Farhan dalam Malam Anugerah Pesona Pariwisata Kota Bandung 2025, di Nusantara Ballroom Artotel Suites Aquila Hotel, Jalan Dr. Djunjunan, Kamis (6/11/2025).
Farhan mencontohkan pengalaman sederhana yang menggambarkan pola pikir pelayanan yang masih perlu ditingkatkan.
“Saya pernah ke satu restoran yang minta pelanggan follow Instagram supaya dapat makanan gratis. Itu lucu, tapi menunjukkan bahwa mental pelayanannya belum siap ke kelas dunia,” lanjutnya.
Menurutnya, wisatawan yang datang ke Bandung kini mayoritas merupakan turis premium dengan daya beli tinggi. Data menunjukkan okupansi hotel berbintang dua kali lipat dibandingkan hotel non-bintang. Hal ini menandakan Bandung semakin diminati oleh wisatawan yang mengutamakan kenyamanan dan kualitas layanan.
“Wisatawan kita berani bayar mahal. Ada yang rela bayar dua juta semalam hanya untuk kenyamanan. Jadi pelaku pariwisata juga harus naik kelas dalam memberikan layanan terbaik,” ujarnya.
Selain pelayanan, Farhan juga menekankan pentingnya rasa aman dan nyaman di kawasan wisata. Dua faktor ini disebutnya menjadi penentu utama kepuasan wisatawan.
“Rasa aman itu penting. Salah satu tantangan kita adalah praktik parkir liar yang meresahkan wisatawan. Nilainya mungkin kecil, tapi dampaknya bisa besar karena membuat orang kesal lalu mengeluh di media sosial,” katanya.
Untuk aspek kenyamanan, Farhan menyoroti persoalan sampah yang masih menjadi tantangan utama di berbagai titik wisata.
“Sampah adalah gangguan terbesar bagi kenyamanan wisatawan. Ini akan jadi fokus kerja kami sampai akhir tahun,” tegasnya.
Ia pun mengajak seluruh pelaku usaha dan masyarakat untuk bersama menjaga kebersihan, keamanan, serta keramahan, agar Bandung semakin dikenal sebagai kota wisata yang ramah dan profesional.
“Produk kita sudah hebat, tinggal layanan dan perilaku kita yang perlu lebih ramah, lebih sigap, dan lebih berkelas,” tuturnya.
Dengan dorongan tersebut, Farhan berharap industri pariwisata Bandung dapat berkembang tidak hanya dalam jumlah kunjungan, tetapi juga dalam mutu pelayanan dan citra kota di mata dunia.***