RAGAM NUSANTARA - Perbedaan dalam menentukan awal Ramadan terbuka kemungkinan terjadi kembali.
Padatahun 2021 misalnya, Muhammadiyah mengakhiri puasa Ramadan sehari lebih cepat dibanding ketetapan pemerintah.
Jika ditelisik dari awal mula perbedaanya, penentuan 1 Ramadan begitu juga 1 Syawal, akibat adanya penunjukan dalil yang dianut oleh dua organisasi islam besar di Indonesia (NU dan Muhammadiyah).
NU menggunakan metode rukyat (melihat hilal), sedangkan Muhammadiyah dengan metode hisab (perhitungan).
Maka kementerian Agama (Kemenag) meminta masyarakat menunggu hasil sidang isbat terkait penetapan awal Ramadan 1443 Hijriyah. Pernyataan ini disampaikan lantaran muncul kemungkinan adanya perbedaan.
"(Penentuan awal Ramadan 1443 H) kita tunggu hasil sidang isbat," ujar Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag, Adib dikutip dari PMJ News.
Adib menjelaskan, sidang Isbat awal Ramadan 1443 H akan digelar pada 1 April 2022. Sidang isbat akan digelar Kementerian Agama, sebagaimana amanah fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah.
Sidang Isbat akan dihadiri oleh MUI, perwakilan ormas Islam, DPR, sejumlah duta besar negara sahabat, serta kementerian dan lembaga terkait. Kementerian Agama berperan sebagai fasilitator bagi para ulama, ahli, dan cendekiawan untuk bermusyawarah dan berdiskusi.
"Sidang Isbat selama ini menjadi sarana bertukar pandangan para ulama, cendekiawan, maupun para ahli terkait penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Hasil sidang isbat ini akan segera diinformasikan kepada masyarakat agar bisa dijadikan sebagai pedoman," tutur Adib.
Terkait kemungkinan adanya potensi perbedaan, Adib menyebut potensi itu bisa saja ada. Sebelumnya juga pernah terjadi perbedaan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah.
Hal itu bisa terjadi karena adanya perbedaan metode penetapan. Ada yang menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal, ada yang menggunakan Imkanur-Rukyat.
"Jika pun ada beda awal Ramadan, sudah semestinya kita mengedepankan sikap saling menghormati agar tidak mengurangi kekhusyukan dalam menjalani ibadah puasa," tegasnya.**
Penulis: Teguh Nurtanto | Editor: Teguh Nurtanto