Yuk Pahami Cacar Monyet yang Sedang Mewabah di Dunia Agar Lebih Waspada

Yuk Pahami Cacar Monyet yang Sedang Mewabah di Dunia Agar Lebih Waspada Mengonsumsi daging yang terkontaminasi menjadi alat penularan cacar monyet pada manusia/pixabay.

RAGAM NUSANTARA - Cacar monyet atau Monkeypox adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis).

Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada kulit atau mukosa dari binatang yang tertular virus.

Penularan pada manusia, terjadi karena kontak dengan monyet, tikus gambia dan tupai, atau mengonsumsi daging binatang yang sudah terkontaminasi.

Inang utama dari virus ini adalah rodent (tikus). Penularan dari manusia ke manusia sangat jarang.

Baca Juga: Tahun 2027 Kendaraan Bermotor Gunakan Plat Nomor Putih, Prioritas Kendaraan Baru dan yang Dimutasi

Dilansir dari laman resmi Kemenkes, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Anung Sugihantono, MKes. mengatakan bahwa masyarakat tidak perlu panik dengan pemberitaan mengenai adanya penyakit cacar monyet yang kemungkinan dapat masuk ke Indonesia.

Meski demikian, masyarakat diimbau untuk senantiasa waspada dan menjaga kebersihan.

“Sampai saat ini belum ditemukan kasus Monkeypox di Indonesia,” jelas dr. Anung.

Sementara ini cacar monyeet sudah menyebar secara global yaitu Afrika Tengah dan Barat (Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Ivory Coast, Liberia, Sierra Leone, Gabon and Sudan Selatan).

Baca Juga: Heboh Lowongan Kerja Suami Bayaran Berhadiah Mobil, Tanah dan Uang Tunai

Anung menyatakan, cacar monyet dapat dicegah, maka ia mengimbau masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti cuci tangan dengan sabun.

Kemudian menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi pajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik.

Menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi dan menghindari kontak dengan hewan liar atau mengonsumsi daging yang diburu dari hewan liar (bush meat).

Anung berpesan kepada pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit cacar monyet agar segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala-gejala yang terjadi.

Baca Juga: 5 Manfaat Konsumsi Buah Kedondong untuk Kesehatan, Bisa Tingkatkan Imunitas

Seperti demam tinggi yang mendadak, pembesaran kelenjar getah bening dan ruam kulit, dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan, serta menginformasikan kepada petugas kesehatan tentang riwayat perjalanannya.

Masa inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala) cacar monyet biasanya 6 – 16 hari, tetapi dapat berkisar dari 5 – 21 hari.

Gejala yang timbul berupa demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot dan lemas.

Selain itu ada ruam pada kulit yang muncul pada wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), melepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras.

Baca Juga: Stadion GBLA Memerlukan Perbaikan Tapi Masih Layak Digunakan, Sudah Bisa Jadi Kandang Persib?

Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14 – 21 hari.

Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien dan tingkat keparahan komplikasi.

“Tidak ada pengobatan khusus atau vaksinasi yang tersedia untuk infeksi virus Monkeypox. Pengobatan simptomatik dan suportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul,” pungkasnya.**

Penulis: Teguh Nurtanto | Editor: Teguh Nurtanto

Berita Terkini