RAGAM JUSANTARA - Empat kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 ditemukan di Provinsi Bali.
Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 merupakan varian baru dari Covid-19 yang mulai menyebar di Eropa, Amerika dan Asia.
Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 dianggap lebih berbahaya karena mampu menghindar dari imunitas tubuh manusia yang dibentuk oleh vaksin serta menyebar secara cepat.
"Memang saat ini sudah keluar Variants under Monitoring (VuM) seperti Omicron BA.4 dan BA.5. Ini yang memicu kenaikan kasus di Eropa, Amerika dan Asia. Itu sudah ditemukan di Indonesia kemarin di Bali, ada empat orang kena," kata Budi Gunadi Sadikin dikutip dari Anatara.
Baca Juga: Pemerintah Nyatakan PPKM Diperpanjang di Seluruh Indonesia Hingga 4 Juli 2022
Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Amerika Serikat (AS) melaporkan subvarian Omicron BA.2.12.1 (Stealth Omicron) adalah bentuk dominan Covid-19 yang saat ini yang beredar di AS.
Data CDC menunjukkan bahwa subvarian BA.4 dan BA.5 sekarang mewakili hingga 7 persen dari kasus Covid-19 baru.
Budi mengatakan empat kasus BA.4 dan BA.5 terdeteksi di Bali pada Mei 2022. Sedangkan hasil penelitian Genom Sekuensing terkait hal itu telah diterima Kemenkes pada Kamis 9 Juni 2022 malam.
Budi mengatakan kenaikan kasus Covid-19 di sejumlah negara, termasuk Indonesia dalam tiga pekan terakhir disebabkan oleh varian baru.
Baca Juga: Jemaah Indonesia Derita Luka Bakar Grade 2, Dokter Sarankan Gunakan Alas Kaki
"Bukan disebabkan liburan atau hari besar, tapi varian baru," katanya.
Namun Budi memastikan situasi kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia sebesar 31 persen dalam tiga pekan terakhir masih dalam situasi terkendali jika dilihat berdasarkan dua indikator panduan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Dua indikator yang dimaksud di antaranya positivity rate atau proporsi orang positif dari keseluruhan orang yang dites.
"Di Indonesia positivity rate di bawah 5 persen. Secara nasional sekarang 1,15 persen, paling tinggi di DKI Jakarta 3 persenan," katanya.
Untuk itu, Kemenkes sedang berupaya mencegah peningkatan angka kasus di wilayah DKI Jakarta dengan mengintensifkan pelacakan kasus dan penegakan protokol kesehatan.
Indikator kedua, kata Budi, adalah transmisi komunitas atau angka penularan SARS-CoV-2 di masyarakat.
"Untuk indikator transmisi berdasarkan ketentuan WHO adalah 20 per 100.000 penduduk per pekan. Sekarang Indonesia sekitar 1 per 100.000 penduduk," katanya.
Budi memastikan kedua indikator itu masih sangat terkendali di Indonesia sehingga masyarakat diimbau untuk tidak cemas terhadap situasi kenaikan kasus yang kini terjadi di Indonesia.
"Yang terpenting sekarang adalah booster-nya (vaksin dosis ketiga). Kalau di dalam ruangan yang padat, upayakan tetap menggunakan masker," katanya.**
Penulis: Teguh Nurtanto | Editor: Teguh Nurtanto