Mengenal Hantu di Jalan Asia Afrika Bandung, di Balik Seramnya Sosok Valak Ada Kisah Inspiratif

Mengenal Hantu di Jalan Asia Afrika Bandung, di Balik Seramnya Sosok Valak Ada Kisah Inspiratif Pemeran hantu Valak, Adhitya Baskara. (Bandung.go.id)

TERASBANDUNG.COM - Jalan-jalan di Jalan Asia Afrika tidak hanya keberadaan bangunan heritage, seperti Gedung Merdeka yang aka ditemui, jalan ini ramai dikunjungi karena punya kawasan wisata kuliner yang berdekatan dengan Alun-alun Bandung.

Di Jalan Asia Afrika, tepatnya di sekitar Gedung Asia Afrika juga akan ditemui banyak cosplayer yang memerankan karakter dari berbagai belahan dunia.

Para cosplayer di kawasan ini tergabung dalam Komunitas Kostum Unik (Kosnik) Asia Afrika Kota Bandung. Dari puluhan cosplayer, terdapat beberapa karakter horor dan hantu lokal.

Ada juga yang memerankan karakter superhero dari luar negeri semisal Iron Man. Tapi kebanyakan, mereka memerankan karakter horor dari Indonesia semisal pocong, kuntilanak, dan masih banyak lagi.

Sedikitnya ada delapan jenis hantu Nusantara yang diperankan oleh cosplayer. Mulai dari pocong, sundel bolong, mak lampir, sampai valak dan pocong persib.

Dari cosplay hantu inilah mereka mengais rezeki. Pundi-pundi uang mereka hasilkan dari wisatawan yang berfoto bersama mereka.

Salah satu yang memerankan karakter horor valak, punya kisah menarik di balik topeng tersebut. Ia adalah perantau karena masa lalu kelamnya yang mengakibatkan terpaksa kehilangan pekerjaan sebagai tim keamanan di salah satu perusahaan.

Setelah sekian lama mencari tempat untuk ia temukan jadi diri yang sesungguhnya, berbekal keyakinan dan niat begitu tulus, berhasil menghentikan langkah kakinya di Kota Bandung.

"Luruskan niat untuk bekerja dan fokus tata diri agar dapat jauh lebih baik. Saya percaya, segala yang diniatkan pasti akan dibukakan jalan seluas-luasnya. Di mana pun dan dengan kondisi apa pun," kata Adhitya Baskara dengan penuh emosional, seperti dikutip dari laman resmi Humas Kota Bandung.

Begitulah yang dirasakan Adhitya Baskara atau biasa kita lihat sebagai sosok hantu menyeramkan di daerah Asia-Afrika, yaitu Valak.

Kota penuh dengan kenyamanan, kehangatan, pun gelak tawa ini awalnya dipilih untuk sekadar mencari pundi-pundi demi mempertahankan kehidupannya.

Tetapi, lebih dari itu, Bandung tidak hanya berbicara perihal urusan geografis saja. Lebih jauh melibatkan perasaan dengan kespontanitasannya.

Meski bukan sebagai pelopor karakter di sana, Adhit tak hiraukan hal tersebut. Katanya, dengan ia diterima di Bandung saja sudah cukup banyak memberikan perubahan signifikan hidupnya.

Masalah perseteruan sepak bola yang awalnya ditakutkan Adhit seolah sirna ketika merasakan keramahtamahan Wargi Bandung.

"Takjub! Saya diterima di Bandung dengan begitu indah. Masyarakatnya sangat sopan dan juga baik hati, saya menjadi tenang," ujar Adhit.

Sebagai lelaki yang memegang teguh prinsip hidup, Adhit merasa enggan untuk menganggur.

Pekerjaan apapun terpenting halal selalu ia upayakan, termasuk menjadi karakrer Valak di Asia-Afrika.

"Sebagai lelaki harus punya yang namanya harga diri. Jangan sampai enggak kerja, carilah peluang di manapun. Rezeki setiap orang enggak akan pernah tertukar kok," ungkapnya penuh dengan keyakinan.

Jauh dari orang tua, Adhit jadikan sebagai upaya mendewasakan diri. Terlebih dirinya sedang mencari jati diri seraya membentuk mental untuk masa depan.

Adhit menceritakan titik terendah yang ia jadikan sebagai titik balik kehidupan. Menguras emosi, Adhit ceritakan dengan suara lirih pun terbata-bata.

Meskipun berkali-kali direndahkan orang, tak lantas menjadikannya sebagai pribadi pendendam.

"Saya pernah direndahkan oleh keluarga mantan kekasih. Saya benar-benar dibuang setelah membantu anaknya dari berbagai masalah yang berurusan dengan kemartabatannya," ungkapnya seraya mengerutkan dahi.

Walau mendapatkan perilaku tidak menyenangkan yang membuat mantan kekasihnya pergi meninggalkan Adhit demi memilih lelaki kaya akan finansial, nyatanya tidak memberikan luka lama bagi Adhit.

Ia percaya akan rencana Tuhan, Sang pengatur skenario terbaik.

"Alhamdulillahnya, Tuhan Maha Baik. Disadarkan sedari awal, ia sedang dibersamai oleh wanita yang kurang baik. Oleh karenanya Tuhan jauhkan dari saya dengan cara seindah ini," syukur Adhit.

Kejadian tersebut tidak membuat semangatnya redup. Ia terus mencari cara agar dapat mengangkat harga dirinya sendiri.

Adhit meyakini bahwa hidup ini berputar layaknya roda, yang di bawah pasti akan naik ke atas.

Dengan keluasan hatinya, Adhit mengatakan, "Mungkin Tuhan belum percaya untuk saya ada di titik atas, tapi saya selalu yakin Tuhan Maha Baik akan diberikan di waktu yang tepat," katanya Adhit dengan senyum lebar di wajahnya yang telah ia reka sebagai Valak.

Istilah manusia hanya dapat berencana dan Tuhanlah yang menentukan itu selalu dijadikan landasan hidupnya. Sehingga jika ada perasaan kecewa, ia tidak merasakannya dengan begitu larut.

Walau dihadapkan dengan problematika kehidupan tersebut, Adhit jadikan sebagai titik balik kehidupan.

Diakhir percakapan penuh dengan emosional ini Adhit berpesan kepada siapapun yang mungkin sedang mengalami hal serupa.

Katanya, kita tidak boleh menganggap rendah diri sendiri meskipun orang lain selalu merendahkannya.

"Setiap manusia itu berharga. Siapa yang akan mempercayai itu, jika kaliannya pun tidak berupaya ke arah sana," tegasnya sembari tularkan tawanya.

Pun, lebih dari itu, Adhit berpesan untuk tetap tebarkan tawa kepada siapapun. Katanya, meskipun itu hal kecil tapi dampaknya sangat besar bagi seseorang yang mungkin harinya sedang tidak baik-baik saja.

Perjalanan Adhit dengan keteguhan hatinya membuat siapapun tidak menyangka, ternyata dibalik seramnya Valak terdapat sisi humanis yang begitu tinggi di dalam kepribadian sebenarnya.***

Penulis: Tim Teras Bandung | Editor: Dadi Mulyanto

Berita Terkini

Seblak Maboy Bukan Sembarang Seblak Biasa