Keistimewaan Menikah di Bulan Syawal yang Dianjurkan Rasulullah

Keistimewaan Menikah di Bulan Syawal yang Dianjurkan Rasulullah

TERASBANDUNG.COM - Menikah adalah salah satu bentuk ibadah, bahkan seseorang yang telah menikah juga dianggap telah menyempurnakan separuh agamanya.

Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi Saw. bersabda: “Ketika seorang hamba menikah, berarti dia telah menyempurnakan setengah agamanya, maka bertaqwalah kepada Allah pada setengah sisanya”

Selain itu menikah merupakan solusi untuk mereka yang ingin menjaga kemaluan dan menundukkan pandangannya.

Nabi Saw. bersabda: “Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki kemampuan, maka menikahlah, karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Baca Juga : Hentikan dari Sekarang, Air Sirih Tidak Bisa Mengobati Mata!

Dikutip dari Islampos.com, Syawal merupakan bulan istimewa karena hari pertamanya (1 Syawal) merupakan hari raya Idul Fitri. Selain itu, Syawal juga istimewa karena terdapat perintah puasa 6 hari di dalamnya yang mengandung keutamaan yang besar.

Di samping dua hal yang disebutkan di atas, Syawal juga istimewa karena identik dengan tradisi menikah. Menikah di bulan Syawal ternyata bukan hanya sekedar tradisi, tapi memang ada tuntunannya dalam Islam.

‘Aisyah Radiallahu ‘Anha istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menceritakan, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menikahiku di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga denganku pada bulan Syawal pula. Maka isteri-isteri Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang manakah yang lebih beruntung di sisinya dariku?” (Perawi) berkata, “Aisyah Radiyallahu ‘Anhaa dahulu suka menikahkan para wanita di bulan Syawal” (HR. Muslim).

Selain anjuran menikah, dalil di atas sekaligus menepis anggapan bahwa menikah di bulan Syawal adalah kesialan dan tidak membawa berkah. Anggapan tersebut merupakan keyakinan bangsa Arab Jahiliyah pada saat itu.

Baca Juga : Ini 4 Alasan Mengapa Riba Diharamkan dan Harus Dihindari

Dalam tradisi Arab Jahiliyah, bulan Syawal dianggap bulan sial menikah karena nggapan di bulan Syawal unta betina yang mengangkat ekornya (syaalat bidzanabiha).

Ini adalah tanda unta betina tidak mau dan enggan untuk menikah, sebagai tanda juga menolak unta jantan yang mendekat. Maka para wanita juga menolak untuk dinikahi dan para walipun enggan menikahkan putri mereka.

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menikahi ‘Aisyah untuk membantah keyakinan yang salah sebagian masyarakat yaitu tidak suka menikah di antara dua ‘ied (bulan Syawal termasuk di antara Idul Fitri dan Idul Adha), mereka khawatir akan terjadi perceraian. Keyakinan ini tidaklah benar.” (Al-Bidayah wan Nihayah, 3/253).

Imam An-Nawawi rahimahullah juga menjelaskan, “Di dalam hadits ini terdapat anjuran untuk menikahkan, menikah, dan membangun rumah tangga pada bulan Syawal. Para ulama kami (ulama syafi’iyyah) telah menegaskan anjuran tersebut dan berdalil dengan hadits ini.

Dan Aisyah Radiyallahu ‘Anhaa ketika menceritakan hal ini bermaksud membantah apa yang diyakini masyarakat jahiliyyah dahulu dan anggapan takhayul sebagian orang awam pada masa kini yang menyatakan kemakruhan menikah, menikahkan, dan membangun rumah tangga di bulan Syawal.

Dan ini adalah batil, tidak ada dasarnya. Ini termasuk peninggalan jahiliyyah yang ber-tathayyur (menganggap sial) hal itu, dikarenakan penamaan syawal dari kata al-isyalah dan ar-raf’u (menghilangkan/mengangkat).” (yang bermakna ketidakberuntungan menurut mereka)” (Syarh Shahih Muslim 9/209).

Anggapan merasa sial atau Thiyarah adalah keyakinan yang kurang baik bahkan bisa mengantarkan kepada kesyirikan. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjelaskan bahwa anggapan sial pada sesuatu itu termasuk kesyirikan.

Baca Juga : Wajib Diketahui, Inilah 6 Penyebab Doa Seorang Muslim Tak Dikabulkan

Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “Thiyarah (anggapan sial terhadap sesuatu) adalah kesyirikan. Dan tidak ada seorang pun di antara kita melainkan (pernah melakukannya), hanya saja Allah akan menghilangkannya dengan sikap tawakkal” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 429).

Hadits lain disebutkan, “Tidak ada (sesuatu) yang menular (dengan sendirinya) dan tidak ada Thiyarah sesuatu yang sial (yaitu secara dzatnya), dan aku kagum dengan al-fa’lu ash-shalih, yaitu kalimat (harapan) yang baik” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dalil tentang menikahnya Rasulullah SAW dengan Aisyah di bulan Syawal pun menjadi acuan bagi umat Islam. Sehingga pada akhirnya, selepas Ramadan, banyak yang menyebar undangan pernikahan.***

Penulis: Tim Teras Bandung | Editor: Dadi Mulyanto

Berita Terkini