TERASBANDUNG.COM - Dunia tengah berlomba memasuki revolusi industri 4.0 yang disebut serba cepat, serba instan, serba kompleks dan sebagainya yang memberikan dampak cukup signifikan bagi kehidupan masyarakat.
Dikutip dari Kementerian Kesehatan, perubahan yang mengedepankan internet of things ini juga berdampak bagi kehidupan rumah tangga dimana para orang tua harus menghadapi tantangan dalam membesarkan buah hatinya berupa serangan yang ada melalui media sosial selama 24 jam non stop.
Fenomena media sosial mendapat porsi tersendiri karena karekter yang kita hadapi seolah memiliki 2 kubu, karena di satu sisi memang media sosial punya niat baik untuk menyebarluaskan informasi dan edukasi yang begitu berharga.
Sementara di sisi lain, kita tidak dapat memungkiri ada konten-konten media sosial yang punya muatan negatif.
Disadari sepenuhnya kehidupan di dunia ini memang tidak bisa semuanya putih, ada sisi hitam, ada sisi gelap, yang memang sengaja untuk melakukan intervensi-intervensi yang tidak disadari untuk membawa kepada yang buruk-buruk bagi kehidupan.
Diperlukan peran dari beberapa pihak agar dapat mem-fiter anak-anak calon generasi penerus bangsa terhindar dari dampak buruk media sosial.
Orang Tua Jadi Kunci Utama
Peran kunci pertama jelas dipegang oleh orang tua, dimana orang tua adalah tokoh panutan, tokoh idola, tokoh keteladanan yang membentuk perilaku anak sejak dari bayi bahkan sejak masih berada dalam kandungan.
Pada intinya pembentukan perilaku merupakan sebuah proses panjang yang pada setiap segmen kehidupan sang buah hati ada peran orang tua di dalamnya selain juga ada lingkungan keseharian dan pendidikan yang memiliki andil dalam proses tersebut, namun kuncinya tetap berada di tangan orang tua.
Maka sangat penting mempersiapkan diri menjadi orang tua, karena untuk menjadi orang tua tidak hanya cukup dengan sebuah keinginan, hanya karena cinta, kemudian punya pasangan dan kemudian menikah.
Namun butuh ilmu, pengetahuan bagaimana menjalani kehidupan setelah menikah dan menjalankan amanah membesarkan anak.
Untuk hal ini, pemerintah sudah memfasiitasinya dengan menyediakan sarana konseling pra-nikah yang ada di setiap Kantor Urusan Agama (KUA), bagi calon pengantin diharapkan memanfaatkan fasiitas tersebut agar pemahaman tentang seluk beluk rumah tangga sudah baik.
Bagi keluarga yang telah dikarunai anak, sesungguhnya tugas belajar menjadi orang tua belum selesai, masih perlu ditambah dan di-upgrade pengetahunnya tentang rumah tangga dan salah satu jalurnya mengikuti forum diskusi atau seminar seputar parenting skill.
Baca Juga : 3 Perbedaan Ilmu Hitam dan Ilmu Putih Menurut Islam
Hal ini diperlukan karena parenting skill merupakan sebuah dasar pada orang tua dalam memberikan stimulus pada setiap tahapan tumbuh kembang anak dan apabila Ini jika dilakukan pada setiap keluarga merupakan sebuah komponen pencegahan yang dahsyat menghadapi invasi serangan konten negatif di media sosial.
Orang Tua di Sekolah (Guru)
Memang orang tua tidak bisa 24 jam mengayomi anak-anaknya, maka cara pencegahan kedua adalah melalui tokoh orang tua di sekolah.
Tokoh orang tua di sekolah sekarang tidak diihat ketika anak sudah berada di sekolah dasar namun dimulai sejak anak masuk ke sarana bermain dan belajar seperti tempat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Menjamurnya sarana pendidikan anak yang beragam usia tersebut memang laksana hubungan simbiosis mutualisme, di satu sisi kita tidak menampik bahwa era saat ini banyak keluarga yang kedua orang tuanya memang bekerja sehingga membutuhkan fasilitas untuk mendidik anaknya di waktu tertentu.
Di sisi lain, keberadaan sarana pendidikan ini menjadi jawaban atas kebutuhan orang tua yang sama-sama bekerja, maka klop-lah satu sama lain.
Namun harus digarisbawahi bahwa dengan keberadaan sekolah-sekolah ini lantas orang tua merasa beres, terima jadi anaknya sudah baik secara akademis maupun moral, adab dan spiritualnya.
Justru orang tua mesti tetap harus berkomunikasi mulai di tempat pendidikan PAUD, TK, SD sampai pada setiap tahapan pendidikan sang anak.
Orang tua tidak boleh melepaskan diri di dalam konektivitas antara yang di dapat di rumah dengan apa yang di dapat di lingkungan pendidikan dimana sinergi antara pola asuh di keluarga dengan pola asuh pendidikan harus terjalin.
Baca Juga : 8 Wisata Kuliner di Bandung yang Unik dan Bikin Ketagihan
Jadi Orang Tua yang Cerdas dan Komunikatif
Bagaimana cara mengendalikan dan mencegah anak agar terhindar dari dampak buruk media sosial? Disinilah pentingnya, peran orang tua, peran pendidik untuk mengetahui dan masuk.
Kita tidak bisa melarang anak untuk tidak main handphone, tidak boleh main internet. Artinya orang tua dan pendidik harus bisa menguasai caranya dengan menjalin komunikasi untuk menggali dari interaksi yang dilakukan di media sosial agar tidak ditutupi oleh anak.
Kalau mendapati anak tanpa sengaja melihat konten negatif, misanya pornografi, maka berikan penjelasan tentang reproduksi.
Terangkan juga dari sudut pandang pemahaman agama mengenai kaidah hubungan antara lawan jenis, sehingga terjadi diskusi dengan anak tentang pendidikan seks maupun batasan dalam agama.
Dengan demikian apa yang di dapat anak dari media sosial tidak kita bungkam tetapi kita fasilitasi sehingga anak memiliki benteng pertahanan diri yang baik dari penjelasan orang tua di rumah maupun guru di sekolah.
Ketika komunikasi sudah terjalin dengan baik antara orang tua dan anak terkait pemanfaatan fasiitas internet maka pengawasan dari hal buruk dunia maya dengan konsep diskusi atau sharing yang memang sudah disepakati oleh keluarga dalam suasana santai.
Namun, jika ada hambatan atau masalah dalam kaitan ini anak menjadi kecanduan beragam perangkat media sosial sementara komunikasi sudah dibangun secara optima maka penggunaan konselor, psikiater untuk mengatasinya perlu dilakukan.***
Penulis: Tim Teras Bandung | Editor: Dadi Mulyanto