TERASBANDUNG.COM - Menjelang hari ulang tahun Kota Bandung yang ke-213, lagu nasional yang sudah sangat lekat dengan kota ini dikabarkan dijiplak negara lain.
Kabar ini bahkan telah jadi perbincangan di media sosial. Lagu Halo-halo Bandung diduga dijiplak nada dan liriknya, kemudian diganti dengan Helo Kuala Lumpur.
Lagu Malaysia Diduga Jiplak Halo-halo Bandung Sudah 5 Tahun Tayang di Youtube.
Akun YouTube Lagu Kanak TV mengunggah video berdurasi 18 menit sejak tahun 2018 yang merupakan kompilasi lagu anak-anak Malaysia bersifat patriotik.
Dengan animasi visual dan nada yang mencuri perhatian anak-anak, video tersebut memperlihatkan nyanyian yang nada dan beberapa liriknya sangat mirip dengan lagu Halo-halo Bandung.
Baca Juga : Kemarau di Jabar, BMKG Prediksi Mulai Oktober Hujan dengan Intensitas Ringan Akan Turun
Dinyanyikan dengan nada yang sama penuh semangat, tapi keduanya punya lirik berbeda.
Lirik Helo Kuala Lumpur:
Hello Kuala Lumpur
Ibu kota Keriangan
Hello Kuala Lumpur
Kota kenang kenangan
Sudah lama aku
Tidak berjumpa denganmu
Sekarang sudah semakin maju
Aku suka sekali
Lirik Halo-Halo Bandung:
Halo halo Bandung
Ibu kota Periangan
Halo halo Bandung
Kota kenang-kenangan
Sudah lama beta
Tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali
Baca Juga : Diduga Ikut Produksi Film Porno, Selebgram Siskaeee dan Virly Virginia Bakal Diperiksa
Warga Bandung pasti sudah hafal dengan lirik Halo-Halo Bandung. Rasa nasionalisme yang terselip dalam lagu nasional tersebut buat masyarakat Indonesia menghargai karya cipta Ismail Marzuki itu.
Lantas, bagaimana sih sejarah Halo-Halo Bandung? Berikut rangkumannya.
Awal Diciptakannya Halo-Halo Bandung
Ismail Marzuki menciptakan Halo-Halo Bandung pada tahun 1946. Diketahui, komponis kelahiran Jakarta itu terinspirasi dari banyak peristiwa.
Dari liriknya yang mencerminkan perjuangan, Ismail Marzuki ternyata juga menyisipkan kisah romantis, seperti yang dikutip dari laman Bandung.go.id.
Mengutip CNN Indonesia, lagu Halo-Halo Bandung memiliki 3 versi. Versi pertama dalam berbahasa Sunda yang ditulis sang komposer sebelum Perang Dunia II.
Versi awal yang romantis ini mengungkapkan rasa rindu yang sentimental, sebagaimana dikutip dari DetikJabar.
Liriknya ditulis berdasarkan pengalaman Ismail Marzuki yang singgah di kota kembang bersama istrinya, Eulis Zuraidah.
Sementara itu, versi kedua lagu dibuat selama penjajahan Jepang di mana lirik diubah menjadi Bahasa Indonesia dengan tujuan membangkitkan semangat nasionalisme.
Perubahan kembali terjadi untuk yang ketiga kalinya saat Ismail dan istri angkat kaki dari Bandung saat peristiwa bersejarah Bandung Lautan Api terjadi, tepatnya pada 23-24 Maret 1946.
Hasil perubahan terakhir dari lagu tersebut menjadi versi yang dikenal saat ini.***
Penulis: Tim Teras Bandung | Editor: Dadi Mulyanto