Kampung Tolreansi Kelurahan Kebon Jeruk, Kota Bandung. (Foto-foto: Diskominfo Kota Bandung)
BANDUNG - Lingkungan RW 08 Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, Kota Bandung, diresmikan sebagai Kampung Toleransi karena keberagaman dan sikap toleransi warganya.
Kawasan di RW 08 Kelurahan Kebon Jeruk kini menjadi Kampung Toleransi kelima di kota Bandung yang diresmikan Plt Wali Kota Bandung Yana Mulyana. Lalu ada apa saja sih di kampung toleransi ini?
Kampung Toleransi Kelurahan Kebon Jeruk ini punya keanekaragaman latar belakang penduduk, khususnya dari agama yang mereka anut. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya empat rumah ibadah dari masing-masing agama.
Untuk mengakses kampung toleransi ini, kita bisa masuk dari Jalan Kelenteng, tepatnya di sebrang Vihara Satya Budhi. Selain Vihara Satya Budhi, beberapa meter saja dari situ sudah ada rumah ibadah untuk masyarakat beragama Hindu dan juga Vihara Tanda Bhakti.
Sekitar 100 meter, belok kiri dari persimpangan, anda akan menemui Masjid Al Hasanah. Letaknya di pinggir jalan dan kubah masjidnya pun terlihat sejak belok kiri dari persimpangan jalan.
Tidak sampai 200 meter setelah masjid, ada Gereja Bethel Tabernakel. Empat rumah ibadah yang ada dalam satu kawasan ini hidup damai dan saling berdampingan. Bahkan, warga di kampung ini selalu saling bantu saat salah satu agama sedang merayakan hari besar keagamaan.
Rafly Erlangga misalnya, pemuda berusia 24 tahun ini adalah seorang Muslim. Kendati demikian, Rafly nampak rajin hadir saat Vihara Tanda Bhakti sedang menggelar ritual keagamaan.
Misalnya saat acara Ullam Bhana yang merupakan acara keagamaan Buddha, ia membantu dengan menjadi seorang fotografer.
"Umat di sini kan sedang ibadah. Enggak mungkin sambil motret. Saya punya kemampuan motret dan ada waktu luang juga. Jadi saya pikir enggak ada salahnya mengabadikan kegiatan umat yang beribadah," ungkapnya.
Pada peresmian Kampung Toleransi beberapa waktu lalu, Rafly juga nampak menjadi pemain barongsai bersama teman-temannya. Ia menyebut ada keindahan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata saat memainkan salah satu budaya dan tradisi leluhur Tionghoa ini.
"Saya memandang (barongsai) dari kacamata kebudayaan dan peninggalan leluhur. Ini keren banget. Dan enggak ada salahnya orang Indonesia mengenal ini," terangnya.
Sebagai warga di Kampung Toleransi Kebon Jeruk, Bandung, Rafly mengaku bahagia. Kesempatan tinggal di wilayah yang penuh keragaman adalah sesuatu yang tidak ternilai harganya.
"Saya jadi punya banyak teman, punya banyak saudara, jadi tahu kalau Indonesia itu kaya banget (suku, ras, dan agama)," ucap Rafly.
Hal senada juga disampaikan Maman. Warga RW 08 ini juga merupakan seorang muslim. Rumahnya berhadapan dengan Vihara Tanda Bhakti. Hal ini membuat Maman terlibat saat vihara sedang membuat hajatan.
Ia mengaku bangga menjadi warga Kampung Toleransi dan juga menjadi warga Kota Bandung. Sebab, toleransi bagi Maman adalah peninggalan leluhur dengan nilai yang amat tinggi.
"Harus terus dijaga ya pastinya. Dan saya juga mengajarkan ini ke anak-anak atau generasi berikutnya," ujar Maman.
Di sisi lain, Tan Tjong Boe selaku pengurus di Vihara Tanda Bhakti mengaku bangga kawasan Kebon Jeruk ditetapkan sebagai kampung toleransi kelima oleh Pemerintah Kota Bandung.
Boe menilai peresmian kampung toleransi ini sebagai peristiwa sejarah yang luar biasa. Ia juga menyebut toleransi merupakan bentuk kekuatan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang besar.
“Dari golongan besar, kecil, semuanya perlu menjaga toleransi. Ini merupakan salah satu upaya menguatkan bangsa Indonesia,” ujarnya.
Selain di Kelurahan Kebon Jeruk, sebelumnya di Kota Bandung telah ada empat lokasi yang menjadi kampung toleransi.
Antara lain Jalan Ruhana RW 08 Kelurahan Paledang Kecamatan Lengkong, Jalan Luna Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler, Jalan Sasak Gantung Kelurahan Balon gede Kecamatan Regol dan Kompleks Dian Permai RW 11 Kelurahan Babakan Kecamatan Babakan Ciparay.***