TERASBANDUNG.COM - Presiden Prabowo Subiyanto usai dilantik langsung menetapkan sejumlah target prestisius dan bahkan seperti sulit untuk direalisasikan.

Di antaranya menetapkan pertumbuhan ekonomi 8 persen dalam 5 tahun ke depan.

Target yang terkesan ambisius, namun bisa saja terealisasi asalkan semua pihak ikut mendukung, termasuk kepemimpinan didaerah. Di sisi lain, seperti diketahui 514 kabu/kota dan 38 provinsi di Indonesia telah menggelar Pilkada serentak 2024.

Pengamat Ekonomi dari Unpad Bandung Fery Hadiyanto mengatakan terpilihnya kepala daerah baru level provinsi dankab/kota di tahun 2025 serempak secara nasional, akan memberikan penyesuaian dalam peran pemerintah daerah pada perekonomian daerah.

“Jika petahana yang menang mungkin bisa langsung gas bekerja menjemput target pemerintah, namun jika baru, saya kira mereka akan lama dalam melakukan konsolidasi. Jadi saya berharap di Jabar bisa langsung gas saja untuk merealiasikan target pusat,” jelasnya dalam Diskusi Panel Menyongsong Era Baru : Menyusun Solusi untuk Masa Depan Bisnis dan Ekonomi Jawa Barat, Jumat 6 Desember 2024.

Target itu menurut Fery memang sangat berat. Menurutnya selama 10 tahun pemerintahan Jokowi saja, rata-rata pertumbuhan eknomi nasional hanya 5 persen, meski sempat ditargetkan sebesar 7 persen. Memang terkendala oleh covid 19.

Pertumbuhan ekonomi tidak hanya tergantung pada kondisi dalam negeri saja, namun juga kondisi global. Seperti diketahui konflik timur tengah Israel-Palestina-Iran yang ikut membawa Amerika masih menjadi ancaman. Begitu pula konflik Ukraina-Rusia yang entah kapan akan berakhir.

“Indonesia masih bergantung dari ekonomi Amerika, terutama ekspor tekstil kita yang masih besar. Trump sendiri sudah membuat kebijakan untuk menarik semua potensi Amerika di luar negeri. Sehingga ini akan menjadi sukit bagi kita, sebab tanpa capital inflow dari Amerika, pertumbuhan ekonomi 8 persen akan berat,” tegasnya.

Menurutnya aspek Geopolitik Global belum akan berhenti di tahun 2024 – 2025 kehati-hatian dengan terpilihnya presiden Trump karena ekspor Jawa Barat ke AS cukup dominan. Ferry juga mencermati isu akan under capacity pembentukan PDb Nasional & PDRB Jawa Barat sepertinya harus diwaspadai di tahun 2025.

“Dalam dua tahun terakhir pertumbuhan eknomi Jabar selalu dibawah nasional, sebuah peringatan bagi kita di Jabar. Salah satu sebabnya karena beberapa pabrik tekstil tutup atau pindah. Nah, harus dicari komponen pengganti atas masalah ini agar pertumbuhan ekonomi Jabar masih bisa positif,” tegasnya.

Anggota Komisi II DPRD Jawa Barat Sri Dewi mengatakan isu ekonomi saat ini cukup berat, selain target pertumbuhan ekonomi 8 persen, rencana pemerintah menaikan PPN 12 persen dan UMR sebesar 6,5 persen cukup mengejutkan bagi kalangan pengusaha.

“Dalam waktu dekat kami akan beraudiensi dengan pengusaha terkait ini. Agar industry bisa tetap bertahan di Jabar dan tidak pindah. Harus dicari jalan keluarnya,” ujar Dewi.

Dia mengatakan pemeritahan baru harus lebih ngoto lagi dalam memafaatkan infrastruktur Jabar khususnya di Kawasan Rebana, Kertajati dan Pelabuhan Patimban.

“Gubernur terpilih diharapkan kebijakan-kebijakannya melanjutkan yang baik untuk mendorong terus pertumbuhan ekonomi, bukan membuat kebijakan coba- coba.”

Permasalahan yang menurutnya menjadi PR besar adalah masih sulitnya mengurus perijinan berusaha di Jabar. Termasuk ijin bagi investor bidang pariwisata, yang digadang-gadang bakal menjadi potensi pendorong pertumbuhan eknomi di Jabar.

Investasi Hijau

Salah satu syarat investasi yang diminta oleh negara asing adalah ketersediaan pasokan energi hijau. Kondisi ini masih menjadi kendala di Jawa Barat karena pemanfaatan produksi energi hijau masih kecil.

Kurniawan Imam Ghozali, GM Pemasaran dan Pengembangan Bisnis PT SEI mengatakan ingin ikut berkontribusi mendorong peningkatan investasi di Jabar dengan mempersiapkan energi hijau bagi investor yang ingin masuk ke Jabar.

PT SEI sudah implementasikan di beberapa sektor efisiensi energi yaitu Energi Saving PJU dan Electric Vehicle serta pada sektor bisnis utama SEI di Renewable Energy untuk implementasi Solar PV Rooftop.

Pemasangan Solar PV Rooftop pada Industri dapat mengurangi biaya operasonal Listrik sampai 40%, sehingga secara Khusus untuk Industri Tekstil dapat membantu mengurangi biaya operasinal yang sangat signifikan sehingga diharapkan Industri Tekstil khususnya di Jawa Barat dapat bertahan di tengah tantangan yang ada.

Penggunaan Mobil Listrik untuk operasional Perusahaan dengan tujuan Bandung-Jakarta PP dapat menekan efisiensi biaya BBM semula 238rb menjadi hanya 70rb atau reduce cost 70,59%.