Heboh Florona Disebut Varian Baru Covid-19 yang Katanya Lebih Berbahaya, Faktanya Seperti Ini

Heboh Florona Disebut Varian Baru Covid-19 yang Katanya Lebih Berbahaya, Faktanya Seperti Ini Ilustrasi, Covid-19. (Pixabay)

RAGAM NUSANTARA - Masyarakat dibuat waswas dengan beredarnya informasi varian baru COVID-19 bernama florona yang berseliweran di media sosial.

Di Twitter misalnya, seperti dikutip dari Antara, warganet ramai membahas soal varian Florona dengan narasi yang bikin 'cemas'.

Florona ramai disebut sebagai varian COVID-19 yang lebih berbahaya dibandingkan Delta dan Omicron.

Sejumlah pengguna Twitter menyandingkan dan membandingkan Florona dengan beberapa varian COVID-19 yang sebelumnya telah diakui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), termasuk Delta dan Omicron.

Berikut narasinya: "Virus: Corona,varian Delta, Omicron, Florona, Next.. Mbok uwes Nek gae uwong Podo sengsoro..#censu."

Narasi lainnya menyebutkan: "Benarkah Florona merupakan varian baru COVID-19?"

WHO sendiri sebelumnya pernah menjelaskan bahwa Florona adalah kondisi saat seseorang mengalami dua penyakit yakni flu biasa dan corona.

Karenanya narasi yang menyebutkan bahwa Florona merupakan varian baru COVID-19 adalah keliru atau misinformasi.

Kasus pertama Florona terdeteksi di Israel dan ditemukan pada seorang wanita hamil yang dirawat di rumah sakit untuk melahirkan.

Wanita tersebut, kemudian diketahui belum pernah divaksinasi untuk kedua virus tersebut.

Sementara Florona terjadi di tengah meningkatnya kasus varian Omicron dan Delta.

Meski bukan varian baru Covid-19, tetapi pendiri serta Direktur Ujala Cygnus Group of Hospitals India, Dr. Shuchin Bajaj mengatakan, kemungkinan tingkat keparahan Florona lebih besar karena dapat menyebar lebih cepat.

"Kedua virus tersebut dapat mendatangkan malapetaka di dalam tubuh yang dapat menyebabkan penyakit lain juga. Inilah sebabnya harus menjadi perhatian," kata Shuchin Bajaj.

Sementara Mayoclinic.org dalam analisisnya juga menyebutkan serangan COVID-19 dan flu secara bersamaan dapat menimbulkan komplikasi serius, layaknya pneumonia, sindrom gangguan pernapasan akut, gagal organ, serangan jantung, radang jantung atau otak, stroke, bahkan kematian.**

Penulis: Muhammad Taufik | Editor: Muhammad Taufik

Berita Terkini