Ini Penyebab Suhu di Bandung Terasa Lebih Panas Menyengat

Ini Penyebab Suhu di Bandung Terasa Lebih Panas Menyengat Jalan Layang Pasteur-Surapati (Pasupati) di Kota Bandung, yang kini berganti nama menjadi Jalan Prof Mochtar Kusumaatmadja. (Daddy Mulyanto/TERASBANDUNG.COM)

TERASBANDUNG.COM - Suhu di Kota Bandung terasa lebih panas di siang hari sampai menyengat kulit. Apa benar gelombang panas adalah faktor utamanya?

Staf Data dan Informasi BMKG Bandung, Yuni Yulianti menjelaskan, berdasarkan pengamatan cuaca di Stasiun Geofisika Bandung untuk suhu di Bandung maksimum masih berada di kisaran 29-30,4 derajat celcius.

"Kemudian di Lembang maksimumnya di 25-26,2 derajat celcius. Masih dalam kategori normal, sejauh ini tidak terlalu siginifikan," kata Yuni dilansir melalui siaran pers Humas Kota Bandung, Selasa 25 April 2023.

Menurutnya, ada beberapa faktor yang membuat suhu Kota Bandung terasa lebih panas.

Di antaranya, Indonesia saat ini akan masuk musim kemarau, tutupan awan berkurang sehingga intensitas radiasi matahari lebih maksimum, dan dinamika atmosfer yang tidak biasa.

Baca Juga : Setelah Viral, Oknum Anggota TNI Angkatan Udara Praka ANG yang tendang Pemotor Wanita Ditahan

"Terkait musim ini masih dalam periode masa transisi di Bandung, jadi peralihan musim hujan ke kemarau. Lalu, tutupan awan berkurang sehingga aktivitas gelombang matahari optimal 24-31⁰C. Saat ini rata-rata suhu di Kota Bandung 30,6 derajat. Masih ambang normal meski sudah masuk di indikator maksimal," paparnya.

Maka dari itu, saat pagi hari suhu udara terasa lebih hangat. Lalu di siang hari suhu panas terik maksimum. Namun, di saat sore insensitas curah hujan masih ada.

"Prediksinya, awal Mei kita sudah masuk musim kemarau. Untuk tahun ini, prediksinya kemarau normal, berbeda dengan tahun lalu hampir tidak ada kemarau ya atau istilahnya kemarau basah," ungkapnya.

Ia menambahkan, pada April II 2023- Mei I 2023 umumnya diprediksi curah hujan berada di kriteria rendah - menengah (20 - 150 mm/dasarian).

Oleh karenanya, menurut Yuni, masyarakat tidak perlu panik mengenai isu gelombang panas yang saat ini tengah melanda sejumlah kawasan Asia. Ia mengimbau agar masyarakat menggunakan tabir surya terutama saat berkegiatan di luar ruangan.

"Pakai payung atau pakai topi. Kemudian, terutama bagi pengguna roda dua, bisa pakai pakaian yang lebih menutup untuk melindungi kulit. Jika dirasa panas sangat menyengat, harap menepi untuk berteduh dulu," imbaunya.

Ia juga menuturkan, tinggi rendahnya indeks UV tidak memberikan pengaruh langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah.

Baca Juga : Usai Idulfitri, Disdukcapil Gelar Pelayanan Identitas di Pintu Kedatangan Kota Bandung

"Untuk indikator UV, kami belum menerima hasil laporannya karena BMKG tidak memantau lebih jauh mengenai UV. Kami lebih memantau mengenai suhu udara," akunya.

Berdasarkan informasi BMKG pusat, besar kecilnya radiasi UV yang mencapai permukaan bumi memiliki indikator nilai indeks UV. Indeks ini dibagi menjadi beberapa kategori: 0-2 (Low), 3-5 (Moderate), 6-7 (High), 8-10 (Very high), dan 11 ke atas (Extreme).

Secara umum, pola harian indeks ultraviolet berada pada kategori “Low” di pagi hari; mencapai puncaknya di kategori “High”, “Very high”, sampai dengan “Extreme” ketika intensitas radiasi matahari paling tinggi di siang hari antara pukul 12:00-15:00 waktu setempat; dan bergerak turun kembali ke kategori “Low” di sore hari.

Pola ini bergantung pada lokasi geografis dan elevasi suatu tempat, posisi matahari, jenis permukaan, dan tutupan awan.***

Penulis: Tim Teras Bandung | Editor: Dadi Mulyanto

Berita Terkini