TERASBANDUNG.COM - Pandangan umum Yogyakarta sebagai kota pelajar, rupanya berkorelasi juga dengan Yogyakarta sebagai kota dengan ribuan komunitas.
Bermacam latar belakang komunitas lahir dan tumbuh di kota ini. Bukan hanya komunitas yang diinisiasi dari lingkungan aktivitas kampus atau sekolah, tapi juga komunitas yang memiliki hobi dan kesamaan misi. Berbagai perbedaan menyatukan mereka dalam komunitas.
Riuh komunitas di Yogyakarta inilah yang terekam dalam agenda peresmian Eigerian Yogyakarta, sebuah forum yang menyatukan beragam komunitas di Kota Yogya.
Eiger Adventure brand legendaris penyedia perlengkapan luar ruang merilis sebuah forum baru di Yogya, forum ini diberi nama Eigerian Yogyakarta. Seperti kota-kota lain di Indonesia, Eigerian jadi identitas forum yang telah diresmikan dan aktif untuk menampung beragam kegiatan tiap komunitas.
Yogya jadi kota ke-tujuh dari rangkaian 12 kota yang diresmikan oleh Eiger sepanjang 2025. Azmi Luqman Zulkifli, Community & Partnership Eiger Adventure mengemukakan Eigerian Yogyakarta adalah gambaran betapa beragamnya komunitas yang tumbuh dan bergerak di kota ini.
“Bagi Eiger forum Eigerian yang dibentuk di berbagai kota adalah keluarga baru. menyatukan berbagai komunitas di tiap-tiap daerah. Kali ini Eigerian diresmikan di Yogyakarta, setelah sebelumnya diresmikan di Kota Malang sebagai kota pertama, lalu Surabaya, Madiun, Semarang, Wonosobo, Solo Raya dan kini Yogyakarta,” ungkap Azmi.
Minggu (27/7), Eigerian Yogyakarta diresmikan dengan riuh di Sibu Resto, Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, DIY. Sebagai kota ke-tujuh, justru antusiasme berbagai komunitas yang datang, tak terbendung.
Azmi mengatakan, Eigerian Yogyakarta bisa dibilang sebagai EIGERIAN yang paling meriah. Pasalnya jumlah anggota EIGERIAN yang terdaftar bahkan sebelum diresmikan berjumlah lebih dari 200 orang, mewakili ratusan komunitas di Yogya.
“Mayoritasnya berasal dari mahasiswa dan siswa pecinta alam. Sementara komunitas lainnya memiliki latar belakang dari komunitas lari, motor, sepeda, riding, bahkan komunitas arung jeram, surfing hingga pramuka,” kata Azmi.
Usai diresmikan, Azmi menjelaskan agenda berikutnya dari Eigerian adalah kolaborasi antarpihak. Seluruh komunitas yang datang bakal aktif berkomunikasi di grup pesan Whatsapp untuk berbagi ide.
“Tidak hanya dari Eiger dengan teman-teman komunitas, tapi juga sebaliknya, antara teman-teman komunitas mengajak komunitas lainnya, saling kolaborasi untuk memulai kegiatan, lalu mengajak Eiger yang siap mendukung penuh,” ujar Azmi.
Peresmian Eigerian Yogyakarta ditandai dengan serah terima bibit pohon yang diserahkan oleh tim Community and Partnership EIGER kepada perwakilan berbagai komunitas. Datang juga sebagai legendaris dan senior petualang Indonesia, Kang Mamay S Salin dan Kang Galih Donikara dari Bandung.
“Mamay S Salim adalah orang pertama di Indonesia yang berhasil mencapai puncak Gunung Eiger di Swiss, salah satu gunung tersulit di dunia. Kang Mamay juga menjadi salah satu pendiri Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), juga karyawan pertama yang ikut merintis EIGER di awal tahun 90-an silam,” tambah Azmi.
Budi Fajarrochman salah satu Eigerian Yogya berharap, berbagai lintas komunitas di Yogya bisa saling berkegiatan bersama dalam satu wadah.
"Saya optimis, lewat forum Eigerian kita semua bisa lebih kompak, saling berkabar dan berkolaborasi untuk berkegiatan yang memberi dampak ke lingkungan juga masyarkat,” ucapnya.
Laura, Eigerian Yogya asal Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam MADAWIRNA Universitas Negeri Yogyakarta mengaku begitu antusias menjadi saksi peresmian Eigerian.
“Saya datang karena ingin kenalan dan tahu lebih banyak tentang Eiger. Apalagi sekarang sudah diwadahi, ada kesempatan luas yang sudah dibuka untuk menambah relasi. Bisa ketemu teman-teman baru dengan semangat yang sama, maturnuwun Eigerian Yogya,” kata Laura.
Eiger berkomitmen untuk terus memperluas jaringan komunitas atau forum Eigerian ke berbagai kota lain di Indonesia. Kini, EIGER telah memiliki hampir 300 toko yang tersebar dari Aceh hingga Papua.
Penulis: Sirojul Mutaqien | Editor: Sirojul Mutaqien