TERASBANDUNG.COM - Wilayah Bandung Raya sudah memasuki musim kemarau sejak awal Juli 2022. Namun, kondisi musim kemarau tahun ini agak istimewa karena sifatnya kemarau basah.
Hal ini dijelaskan Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) Muda Data dan Informasi BMKG Kota Bandung, Yan F Permadhi seusai acara Bandung Menjawab pada Rabu, 20 Juli 2022.
“Dikatakan kemarau hujan karena intensitas curah hujannya di atas normal, melebihi 20-100 persen. Pada bulan Juni kemarin, curah hujannya sudah mencapai 80-100 persen dari normalnya,” jelas Yan.
Ia menjelaskan, faktor terjadinya kemarau basah ini karena aktifnya la nina yang sudah berjalan sejak tahun lalu. Namun, memang kondisi sekarang la nina mulai lemah. Perkiraan netralnya akan berlangsung di September.
“Pada kemarau basah ini, warga harus waspada dengan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan angin kencang. Bahkan, ke depannya bisa terjadi kekeringan sampai kesulitan air bersih. Itu yang harus dipersiapkan oleh warga,” imbaunya.
Ia menambahkan, untuk wilayah Kota Bandung paling banyak akan terjadi bencana hidrometeorologi berupa banjir genangan.
Selain itu, warga juga harus selalu menjaga kesehatan karena perubahan suhu yang sangat tinggi, dari panas ke dingin ataupun sebaliknya.
Bahkan, beberapa hari lalu seperti tanggal 15-16 Juli 2022 kemarin, Kota Bandung diguyur hujan seharian penuh meski kini berada di musim kemarau.
Menurut Yan, faktor fenomena ini berasal dari Indian Ocean Dipole (IOD) negatif dan gelombang ekuator.
“Untuk suhu bulan ini memang tergolong dingin. Di Kota Bandung itu sekarang suhu dinginnya 17 derajat celcius. Bahkan, di Lembang sampai 14 derajat," katanya.
"Perubahan suhu ini membuat stamina tubuh kita juga cepat berkurang. Diharapkan warga Bandung perlu waspada dengan beragam penyakit yang sering menyerang di musim pancaroba,” imbuhnya.
Meski begitu, Yan menuturkan, ada sisi baik dari musim kemarau hujan ini. Masyarakat tidak kekurangan air meski sudah masuk musim kemarau.
Namun, untuk para petani seperti di Ciwidey dan sekitarnya, mengalami berpengaruh pada proses bercocok tanam.
“Pasokan pangan jadi terkendala. Beberapa petani jadi tidak bisa mulai menanam karena kondisinya terus hujan akhir-akhir ini,” imbuhnya.***
Penulis: Tim Teras Bandung | Editor: Ginanjar