TERASBANDUNG.COM - Baru-baru ini kita digegerkan dengan video bullying yang dilakukan oleh anak SMP di Bandung.
Tampak dalam video, seorang siswa dengan baju olahraga biru dipakaikan helm berwarna merah oleh siswa berpakaian batik biru.
Setelah helm terpasang, terduga pelaku tadi tiba-tiba meluncurkan beberapa kali tendangan dan pukulan pada kepala korban.
Korban yang saat itu tengah duduk pun oleng dan jatuh ke kanan dengan posisi tengkurap.
Di akhir video, setelah korban berada di lantai, siswa yang melakukan perundungan kemudian menindihnya.
Mengetahui kejadian tersebut banyak orang yang geram dengan kelakuan anak yang tega membully temannya sendiri.
Bahkan banyak pula warganet yang meminta agar kelakuan anak tersebut dilaporkan ke polisi.
Di balik ramainya respon geram netizen, orang tua korban bullying malah memilih untuk memaafkan sang pelaku bullying.
Melihat kasus bullying di Indonesia, kita sebagai orang tua pasti bertanya-tanya kenapa anak bisa sampai melakukan bullying.
Padahal harapan kita menyekolahkan anak agar bisa menjadi orang yang berilmu dan berperilaku baik.
Nah, keheranan Anda pun kini telah terjawab.
Ada 4 faktor mengapa anak bisa jadi pembullying.
Dilansir dari Kompas.com, seorang psikolog anak Grace Sameve membongkar penyebab anak bisa melakukan perundungan.
Ada beberapa faktor mengapa anka bisa melakukan bullying.
1. Anak meniru
Untuk seorang anak, melakukan bullying mungkin disebabkan karena anak itu meniru orang lain.
Namun, karena mereka tidak paham bahwa tindakan bullying bisa menyakit orang lain, mereka asal meniru, karena melihat orang lain melakukannya.
2. Pernah dibully
Penyebab anak-anak melakukan bullying selanjutnya adalah kemungkinan anak tersebut juga sudah penah di-bully sebelumnya oleh orang lain.
Dengan begitu, ia melakukan hal yang sama kepada orang lain lagi sebagai wujud pelampiasan traumanya itu.
3. Lingkungan sosial
Selain kedua faktor penyebab di atas, tindakan perundungan anak-anak ini juga bisa disebabkan oleh lingkungan sosial.
“Ketiga karena lingkungan sosial, misal kalau mau masuk suatu geng, maka harus melakukan tindakan bullying,” jelasnya.
4. Ketidakseimbangan kekuatan
Grace menuturkan, faktor lainnya juga dipengaruhi oleh adanya bentuk pelapisan di berbagai masyarakat, khususnya di sekolah atau lingkungan pertemanan.
Seperti tindak bullying yang dilakukan anak pintar dengan anak yang bodoh, anak kaya dengan anak miskin, atau anak yang pemberani (mempunyai kuasa pertemanan) dengan anak yang penakut.
“Power in balance atau ketidak seimbangan kekuatan. Anak-anak yang nge-bully dan di-bully itu beda, anak yang nge-bully biasanya lebih kuat atau mungkin ukuran badan lebih besar, lebih tua dan lain sebagainya,” ujarnya.
Melihat 4 faktor tersebut kita gak bisa menghindari anak kita dari bullying. Sebab dimana pun anak kita berada bisa saja jadi korban bullying,
Ya, baik di sekolah atau lingkungan rumah anak bisa saja kena bullying. Maka itu sebagai orang tau kita harus tahu seperti apa ciri anak yang jadi korban bullying.
Baca Juga : Video Viral! Penumpang Kereta Diturunkan Petugas Gegara Anaknya Rewel
Dilansir dari GridHealth, setidaknya ada 5 ciri anak menjadi korban bullying.
1. Sering mengeluh pusing dan sakit perut
Dilansir dari laman stopbullying.gov, anak-anak yang menjadi korban bully sering mengeluh merasa sakit perut, pusing, dan bahkan berpura-pura sakit.
Selain karena hal ini merupakan efek samping paling umum dari stres dan cemas berlebih, sakit perut dan pusing juga bisa dijadikan alasan untuk tidak ke sekolah karena takut dirundung oleh teman-temannya.
2. Sulit tidur
Tanda anak korban bully adalah ia sulit tidur dan sering bermimpi buruk. Hal ini karena mereka khawatir tentang hal apa yang akan terjadi besok di sekolah.
3. Menarik diri
Anak yang jadi korban perundungan cenderung menarik diri, bahkan dengan anggota keluarganya sendiri. Mereka akan jadi lebih diam, dibandingkan dengan sebelumnya.
4. Ada luka di tubuhnya
Pakaian dan barang-barang yang hilang atau rusak, serta ada luka di tubuh, dapat menjadi ciri-ciri anak korban bully.
Biasanya, ketika ditanya terkait kondisi ini, anak-anak akan berusaha untuk menutupinya dan menganggap tidak ada masalah apapun.
Orangtua dapat memberikan pertanyaan yang lebih tertuju pada apa yang dialami anak, sehingga ia mau menjawabnya.
5. Suasana hati berubah
Melansir Verywell Family, anak yang menjadi korban bully mengalami perubahan suasana hati yang sangat mencolok.
Karena merasa terintimidasi, maka anak-anak cenderung terlihat cemas, cemberut, dan bahkan menghindari orang lain.
Selain itu, anak juga mungkin akan tampak sedih, murung, menangis, atau depresi, terutama setelah pulang sekolah maupun bertemu teman-temannya.
Jika memang Anda melihat beberapa ciri tersebut pada anak, baiknya Anda segera ambil langkah yang tepat.
Sebab dalam kasus tersebut, peran orang tua sangatlah penting.
Baca Juga : Update Rekap Transfer Pemain Persib Hari Ini, Senin 12 Juni 2023
Dilansir dari Kompas.com, jika anak Anda jadi korban bullying, Anda bisa melakukan beberapa cara di bawah ini.
1. Dorong anak untuk menceritakan detil perundungan yang ia alami
Tunjukan bahwa Anda peduli dan berempati dengan kondisi yang dialami anak. Beberapa anak mungkin takut atau malu, apabila jujur untuk menyampaikan kondisinya.
2. Yakinkan sang anak jika itu bukan kesalahannya
Anda harus dapat menenangkan anak, bahwa ia tidak sendirian atas perisakan yang dialami. Pujilah kejujuran dan keberanian anak, karena telah menceritakan pengalamannya pada Anda.
3. Ajari buah hati untuk tidak membalas
Merespons bullying bukanlah mengajari anak untuk balik menyerang pelaku perundungan, baik secara fisik maupun verbal.
Sarankan si Kecil untuk segera meninggalkan lokasi perundungan saat kejadian, atau mengadukan gangguan tersebut ke guru yang ia percaya. Sarankan pula untuk tidak bepergian sendirian saat berada di lingkungan sekolah.
4. Bicarakan dengan wali kelas anak dan pihak sekolah
Anda mungkin juga harus turun tangan, dengan menemui wali kelas, guru anak yang sekiranya bisa membantu, bahkan kepala sekolah.
Minta bantuan mereka untuk senantiasa menjaga buah hati di sekolah. Pertemuan dengan pihak sekolah, mungkin dapat dilakukan rutin untuk memastikan pengawasan tersebut efektif atau tidak.
5. Berkomunikasi dengan pelaku
Anak yang menjadi pelaku bullying juga membutuhkan bantuan orang dewasa karena faktor lain yang mungkin ia alami.
Anda bisa mendekati anak pelaku bullying, dan yakinkan bahwa tindakan yang ia lakukan dapat melukai orang lain.
Nah itu dia langkah yang bisa kita ambil sebagai orang tua jika anak sudah menjadi korban bullying.
Baiknya jangan sampai telat tahu, sebab malah bisa berakibat fatal terhadap anak kita.
Dari kasus video bullying SMP yang tengah viral ini, harapannya orang tua juga lebih mengawasi anaknya agar gak jadi seorang pembully ya.***
Penulis: Tim Teras Bandung | Editor: Dadi Mulyanto